Tak hanya Indonesia yang khawatir, tapi juga IMF. Georgieva menyampaikan kepada Jokowi bahwa situasi inflasi yang melanda berbagai negara telah menyebabkan bank-bank sentral mengeluarkan kebijakan menaikkan suku bunga.
Maka negara miskin yang sekarang dalam koondisi sangat rawan, akan semakin sulit ke depannya. Negara-negara tersebut berpotensi lagi kena krisis pangan dan krisis keuangan.
"Seperti sekarang ini terjadi di berbagai negara Afrika dan juga bahkan negara seperti Sri Lanka, ini kan menjadi sangat penting karena jangan sampai kemudian kemampuan dunia internasional untuk mencegah krisis menjadi makin lemah dan menyebabkan risiko makin tinggi," Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang juga ikut dalam pertemuan.
Adapun kegiatan di Istana Kepresidenan Bogor ini merupakan pertemuan kedua Jokowi dengan IMF dalam beberapa waktu terakhir. Keduanya juga telah bertemu di di Elmau, Jerman, 27 Juni 2022, di sela-sela pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7.
Keduanya sempat mengobrol di luar ruangan bersama Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Duta Besar Indonesia untuk Jerman Arif Havas Oegroseno. Kala itu, Georgieva memberi peringatan kepada Jokowi dan negara G20 lainnya untuk membicarakan debt relief alias pengurangan atau refinancing utang di sejumlah negara berkembang.
Georgiva meminta Jokowi untuk mendorong kesepakatan bersama terkait utang ini sebelum dimulainya acara puncak KTT G20. Indonesia tahun ini menjadi tuan rumah G20 dan pertemuan puncak yang melibatkan pemimpin negara anggota dihelat November nanti di Bali.
"Para pemimpin negara G20 tidak ingin isu (utang) tersebut mendominasi percakapan, hanya karena kita membuat progres," kata dia dikutip dari Reuters pada 11 Juli.
Peringatan disampaikan Georgiva karena IMF melihat saat ini hampir sepertiga dari negara-negara berkembang dan dua kali lipat dari proporsi negara berpendapatan rendah yang berada dalam kesulitan utang. Situasi kian memburuk dengan kenaikan suku bunga di negara berkembang.
Arus modal keluar dari negara berkembang juga terus berlanjut dan hampir satu dari tiga negara memiliki suku bunga 10 persen atau lebih. Termasuk negara berpendapatan menengah, seperti Sri Lanka dan Malawi, yang sedang mencari bantuan dana.
Baca: Bos IMF Ingatkan RI soal Kebijakan Subsidi: Jangan ke Orang Kaya, tapi Fokus ke ...
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.