TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia atau BI mencatat jumlah pengguna quick response code Indonesian Standard (QRIS) meningkat menjadi 19 juta pedagang atau merchant pada 2022. Jumlah ini bertambah sejak diluncurkan pada 17 Agustus 2019.
"QRIS adalah satu dari banyak inisiatif yang telah kami ambil untuk mempromosikan inklusi keuangan," ujar Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti di Nusa Dua, Badung, Bali, Sabtu, 16 Juli 2022.
Dari total 19 juta pedagang yang memakai QRIS, mayoritas atau 90 persen di antaranya merupakan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Destry mengatakan proses pembayaran akan jauh lebih mudah, murah, dan cepat jika menggunakan QRIS.
Dengan demikian, ia menyebut sistem pembayaran ini menguntungkan baik bagi pedagang maupun konsumen. Adapun bank sentral memastikan bakal mendukung inklusi keuangan yang ditargetkan tercapai pada 2025.
Destry menyebut BI membuka akses bagi jutaan orang yang masih tak terjangkau oleh bank dan UMKM melalui digitalisasi untuk mendukung inklusi keuangan tersebut. Musababnya, digitalisasi sistem pembayaran dianggap telah mendukung perekonomian dan menjadi game changer.
Selain itu, sistem pembayaran juga merupakan tulang punggung bagi terbentuknya ekosistem ekonomi baru. Destry melanjutkan, ekonomi dan keuangan digital akan saling berhubungan dan terintegrasi.
"Penciptaan opsi ekonomi ini terjadi melalui model bisnis baru, pemain baru, transformasi perilaku konsumen, lanskap ekonomi, dan keuangan," tutur Destry.
Di sisi lain, dia mengatakan evolusi pembayaran melalui digitalisasi telah membawa peluang baru, meminimalkan hambatan, dan menurunkan biaya transaksi. Dengan demikian, layanan keuangan menjadi lebih terjangkau, mudah diakses, dan inklusif.
Dengan semakin luasnya akses, Destry menyebut setiap pelaku ekonomi memperoleh kesempatan yang lebih setara untuk berkembang dan kreatif dalam pertumbuhan yang lebih inklusif. "Karena adanya teknologi, digitalisasi, dan marketplace, sesuatu yang dulu mungkin tidak bisa terjadi, sekarang sudah terjadi," ucap Deputi Senior BI itu.
ANTARA
Baca: Bank Indonesia Ungkap Ancaman Aset Kripto terhadap Stabilitas Keuangan Global
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini