TEMPO.CO, Jakarta - Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Bidang Komunikasi, Arya Sinulingga, menampik tudingan bahwa perusahaan pelat merah telah membesarkan nama lembaga filantropi, Aksi Cepat Tanggap (ACT). Tudingan tersebut banyak beredar di media sosial.
"Kalau dikatakan BUMN yang besarkan ACT, enggak lah. Bukan bersih-bersih soal ACT, tapi kita lihat angka CSR BUMN ke sana tidaklah besar," ucap Arya saat dihubungi Tempo, Jumat, 8 Juli 2022.
Sejumlah warganet menyoroti banyaknya BUMN yang bermitra dengan ACT untuk menyalurkan bantuan atau dana corporate social responsibility (CSR). Beberapa BUMN memberikan CSR lewat ACT dalam bentuk yang berbeda-beda. Ada yang berbentuk penyaluran bantuan kesehatan hingga untuk korban bencana.
Arya menyebut, dibandingkan dengan total nilai dana sosial yang dikeluarkan perusahaan, bantuan melalui ACT tergolong kecil. "Kan rata-rata BUMN (punya dana CSR) puluhan miliar. Kalau yang ke ACT kami lihat CSR kecil, ada yang Rp 100 juta atau 200 juta. Itu tidaklah besar dibandingkan keseluruhan dari CSR BUMN," tutur Arya.
Selain itu, Arya memastikan tidak ada arahan dari Kementerian BUMN kepada peruashaan pelat merah untuk menggandeng ACT dalam menyalurkan bantuan. Dia menduga BUMN bermitra dengan ACT karena lembaga filantropi itu dianggap kredibel.
"Dan mungkin kemarin-kemarin mereka melihat, mungkin kalau ACT ini kredibel. Jadi mereka mau menggangandeng," kata Arya.
Laporan Majalah Tempo sebelumnya mengungkap berbagai persoalan yang dialami salah satu ACT, salah satu lembaga filantropi terbesar di Indonesia tersebut. Dalam satu dari tiga laporan itu, Majalah Tempo menuliskan soal sepak terjang mantan Presiden ACT, Ahyudin, yang diduga menyelewengkan dana lembaganya.
Ahyudin dituding menggunakan uang lembaganya untuk kepentingan pribadi mulai membeli rumah dan perabotannya hingga meminta mentransfer belasan miliar ke keluarganya yang belakangan urung dilakukan. Ahyudin secara pribadi telah membantah tudingan itu. Dia hanya mengaku memang sempat membeli rumah dan terlilit tunggakan kredit.
Selain soal penyelewengan dana, ada juga cerita soal kampanye berlebihan yang dilakukan ACT. Salah satunya adalah kasus donasi untuk pembangunan Musala di Australia. ACT dalam kampanyenya menggunakan narasi, "Surau Pertama di Sydney". Padahal, sudah ada ratusan tempat ibadah umat Islam di sana.
MAJALAH TEMPO
Baca: Bos Pertamina Cerita Dilema Naikkan Harga Pertamax: Ada Kemungkinan Shifting ke Pertalite
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini