TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan produk domestik bruto (PDB) secara global terancam turun hingga US$ 1 triliun. Hal ini terjadi bila dunia tak menyelesaikan permasalahan gender di masa pandemi Covid-19.
Data itu disampaikan Sri Mulyani mengutip studi yang dilakukan McKinsey Global Institute. Namun begitu ia yakin PDB global pada 2023 dapat tumbuh signifikan apabila dunia mengambil tindakan untuk meningkatkan kesetaraan gender.
Baca Juga:
Salah satunya adalah dengan memfokuskan investasi pada edukasi, program Keluarga Berencana (KB), kesehatan ibu, inklusi digital dan finansial, menyelesaikan hak para pekerja, serta merawat masyarakat berusia lanjut.
"Bila kita semua mengambil tindakan untuk meningkatkan keseteraan gender, GDP global pada tahun 2023 dapat tumbuh hingga US$ 13 triliun. Angka yang begitu signifikan," kata Sri Mulyani melalui unggahan Instagram resminya, dikutip Ahad, 19 Juni 2022.
Dalam side event B20 yang digelar oleh Women in Business Action Council pada Jumat lalu, 16 Juni 2022, Sri Mulyani menyebutkan Indonesia telah berproses sangat signifikan terkait kesetaraan gender.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan 53 persen dari keseluruhan tenaga kerja di Indonesia merupakan wanita. Namun mayoritas atau 62 persen dari tenaga kerja tersebut berada di sektor informal.
Padahal, menurut bendahara negara ini, tingkat inklusi keuangan wanita di Indonesia lebih tinggi 5 persen dibandingkan dengan laki-laki.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi, kata Sri Mulyani, sebelumnya menargetkan pengentasan kemiskinan absolut pada 2024, dimana pada konteks ini perang wanita menjadi sangat penting. "Ini menjadi tugas pemerintah yang selaras dengan agenda pembangunan nasional," tuturnya.
Namun begitu, tantangan itu tidaklah mudah. Oleh karena itu dia berharap, inklusi finansial akan mengakselerasi Indonesia mengurai masalah ini khususnya bagi kaum wanita. "Karena bila kita berinvestasi pada wanita, kita berinvestasi pada masa depan bangsa," ucap Sri Mulyani.
BISNIS
Baca: Bitcoin Anjlok hingga di Bawah Rp 274 Juta, Apa Saja Pemicunya?
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.