TEMPO.CO, Jakarta - Bitcoin terperosok ke bawah US$20.000 untuk pertama kalinya sejak Desember 2020 akibat tekanan yang semakin dalam di pasar kripto di tengah pengetatan moneter bank sentral.
Mengutip Bloomberg, Sabtu 18 Juni 2022, Bitcoin turun sebanyak 6 persen menjadi US$19.377, 08 pada 14:54 waktu Hong Kong pada hari ini. Token terbesar berdasarkan nilai pasar tersebut telah jatuh selama 12 hari berturut-turut.
“Kekhawatiran resesi yang melonjak melumpuhkan selera untuk aset berisiko dan itu membuat pedagang kripto tetap berhati-hati untuk membeli Bitcoin di posisi terendah ini,” kata Edward Moya, analis pasar senior di Oanda.
Federal Reserve menaikkan suku bunga utamanya pada 15 Juni sebesar tiga perempat poin atau persentase kenaikan terbesar sejak 1994, dan para gubernur bank sentral mengisyaratkan mereka akan terus menaikkan suku bunga secara agresif tahun ini dalam perjuangan menjinakkan inflasi.
Kebijakan bank sentral AS telah merusak aset berisiko seperti kripto, berkontribusi pada penurunan sekitar 70 persen dalam Bitcoin dari level tertinggi sepanjang masa pada November 2021.
Pasar yang mulai meluncur akhir tahun lalu di tengah ekspektasi The Fed yang kurang akomodatif sekarang menunjukkan tanda-tanda tekanan yang lebih luas. Ini terjadi setelah runtuhnya blockchain Terra bulan lalu dan keputusan baru-baru ini oleh pemberi pinjaman kripto Celsius Network Ltd. untuk menghentikan penarikan.
Menambah suasana kelam, dana lindung nilai kripto Three Arrows Capital menderita kerugian besar dan mengatakan sedang mempertimbangkan penjualan aset atau bailout.
Bitcoin Terjun Payung
Bahkan ketika Bitcoin menembus level di bawah US$20.000, data historis menunjukkan bahwa Bitcoin sebenarnya dapat menemukan dukungan utama di sekitar US$20.000, karena aksi jual sebelumnya menunjukkan Bitcoin bisa menemukan titik ketahanan, menurut Mike McGlone, analis Bloomberg Intelligence.