TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan kebijakan Bank Sentral AS ‘The Fed’ yang menaikkan suku bunga akan menekan rupiah dan terjadi capital outflow di pasar obligasi pemerintah.
“Yang paling kelihatan terutama investor Surat Berharga Negara (SBN). Investor SBN di bawah satu tahun atau short term itu juga akan cepat berubah. Investor jangka pendek tentu saja mereka akan lari kembali ke Amerika. Yang terjadi tentu capital outflow ini akan menekan rupiah karena dolar AS kembali ke negaranya dan kita kekurangan mata uang AS,” kata Tauhid Ahmad saat dihubungi Tempo, Kamis, 17 Juni 2022.
Ia mengatakan capital outflow dan tekanan terhadap rupiah ini pasti akan terjadi dalam beberapa hari. Selain itu, Bank Indonesia akan merespons kenaikan suku bunga The Fed dengan melakukan operasi pasar keuangan, dengan menginjeksi agar nilai tukar rupiah tidak bergejolak.
“Katakanlah injeksi ini dengan melakukan aksi beli dolar AS di dalam negeri agar nilai tukar itu stabil. Saya kira itu respons yang paling cepat,” katanya.
Adapun kebijakan The Fed juga akan mempengaruhi kawasan. Bank sentral kawasan Asia atau Asia Tenggara akan menaikkan suku bunga meski Bank Indonesia akan lebih lambat menaikkan suku bunganya. Akan tetapi, ia memastikan akan terjadi gejolak di kawasan sehingga negara lain akan menaikkan suku bunga.
“Kalau BI katakanlah menaikkan suku bunga, saya kira tidak khawatir. Tetapi kalau belum saya kira yang menjadi risiko adalah akan terjadi putaran uang yang lebih cepat,” katanya.
Adapun dampak lainnya adalah nilai tukar yang melemah menyebabkan korporasi atau lembaga nonbank yang memiliki utang akan terbebani karena rupiah semakin terdepresiasi. Selain itu, korporasi juga akan tertekan karena capital outflow menekan neraca pembayaran.
“Tapi besarannya kita belum tahu ya, saya kira akan sangat tergantung seberapa besar capital outflow karena kita dengan demikian akan mengurangi kemampuan untuk membayar impor dalam bentuk mata uang asing,” terang Tauhid.
BI Diprediksi Menaikkan GWM