Di sisi lain, Andre mengatakan kinerja keuangan Pertamina membaik. Produksi kilang Pertamina meningkat dan eksplorasi sumur baru terus dilakukan. “Cadangan naik, termasuk bagaimana Pertamina menjaga soal distribusi BBM,” ucap Andre.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya memperkirakan arus kas Pertamina bakal tekor atau defisit. Musababnya, Pertamina harus menanggung selisih harga antara harga jual eceran BBM dengan harga keekonomiannya di tengah lonjakan harga acuan minyak dunia.
"Maka tidak heran kita lihat arus kas operasional Pertamina sejak Januari constantly negatif," kata Sri Mulyani, 19 Mei lalu.
Dalam slide yang Sri Mulyani tampilkan, harga jual eceran (HJE) BBM Pertalite Rp 7.650 per liter. Sedangkan harga keekonomian (dengan harga Indonesia crude price atau ICP US$ 100 per barel) Rp 12.556 per liter.
"Tentu kalau dia harus impor bahan bakar, maka dia juga membayarnya dalam bentuk dolar. Ini yang menyebabkan kondisi keuangan Pertamina menurun," ujarnya.
Sri Mulyani mengestimasikan defisit arus kas Pertamina mencapai US$ 12,98 miliar atau setara dengan Rp 190,8 triliun dalam kurs Rp 14.700 per dolar Amerika Serikat pada Desember 2022. Estimasi itu bisa terjadi jika tidak ada tambahan penerimaan dari pemerintah.
HENDARTYO HANGGI
Baca juga: Sri Mulyani Sebut Pertamina Bisa Tekor Rp 190,8 T Akibat Lonjakan Harga Minyak
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.