TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat Kebijakan Publik Narasi Institute, Achmad Nur Hidayat, sangsi Luhut Pandjaitan berhasil menurunkan harga minyak goreng curah ke Rp 11.500 per liter yang merupakan harga eceran tertinggi pada awal Februari 2022 lalu. Saat ini HET minyak goreng sudah berkisar Rp 14.000 per liter dan Rp 15.000 per kilogram.
Achmad menyebutkan sedikitnya ada dua penyebab Luhut tak mampu menurunkan harga minyak goreng.
Pertama, Luhut dinilai tidak independen ketika berhadapan dengan para pengusaha minyak nabati tersebut. Sejumlah tersangka yang ditetapkan Kejaksaan Agung sebelumnya, menurut Achmad, punya kedekatan khusus dengan Luhut.
Achmad mencontohkan, tiga tersangka seperti Komisaris PT Wilmar Nabati Indonesia yakni MPT, Senior Manager Corporate Affair Permata Hijau Group yaitu SM, dan General Manager di Bagian General Affair PT Musim Mas yaitu PTS yang dinilai dekat dengan Luhut.
"Seluruh ketiga tersangka disebutkan di sosmed memiliki hubungan khusus dengan LBP khususnya saudara MPT, Komisaris Wilmar yang kabarnya memiliki kursi khusus di kantor kemenko Marves,” ujar Achmad dalam keterangan tertulis, Rabu, 26 Mei 2022.
Alasan kedua, kata Achmad, adalah rantai distribusi minyak goreng yang terlalu kompleks untuk disimplifikasi. Hal ini membuat para distributor minyak goreng lebih senang menjual minyak coreng dengan harga tinggi, sehingga para distributor enggan menjualnya ke pasar curah dan lebih memilih ke pasar kemasan dan premium.
Saat ini, menurut dia, pengusaha sawit menginginkan harga berada di level sekarang yakni minyak goreng curah sekitar Rp 16.900 dan kemasan sekitar Rp 24-25 ribu per liter. “Oleh karena itu, pendekatan pasar tidak akan berhasil karena terdapat market failure," ucap Achmad. "Sehingga pemerintah harus melakukan intervention terhadap market failure tersebut."