"Kedua, pelarangan ekspor gandum yang belum diketahui sampai kapan waktunya membuat kekurangan pasokan menjadi ancaman serius," ungkapnya.
Perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung sejak Februari 2022 telah membuat stok gandum turun signifikan. Dengan adanya kebijakan India, tentunya akan berimbas signifikan ke keberlanjutan usaha yang membutuhkan gandum.
Ketiga, pengusaha harus segera mencari sumber alternatif gandum. Menurut Bhima, ini seharusnya menjadi kesempatan untuk alternatif bahan baku selain gandum seperti jagung, singkong, hingga sorgum yang banyak ditemukan di Indonesia.
Dan keempat, pakan ternak yang sebagian menggunakan campuran gandum. Ini, pada akhirnya dapat menyebabkan harga daging dan telur juga naik lantaran harga gandum meningkat.
Oleh karena itu, Bhima menyarankan agar pemerintah harus segera mempersiapkan strategi untuk mitigasi berlanjutnya ekspor gandum India.
Dia menjelaskan, pengusaha di sektor makanan minuman dan pelaku usaha ternak perlu berkoordinasi mencari jalan keluar bersama dengan pemerintah.
"Sekarang harus dihitung berapa stok gandum di tanah air, dan berapa alternatif negara penghasil gandum yang siap memasok dalam waktu dekat," ujarnya.
Bukan tidak mungkin, pemerintah Indonesia bersama negara lain melakukan gugatan kepada India ke WTO karena kebijakan unilateral India merugikan konsumen dan industri di Indonesia.
BACA: India Bakal Batasi Ekspor Gandum
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu