TEMPO.CO, Jakarta - Mata uang kripto mengalami kerugian besar pada Jumat, dengan perdagangan bitcoin mendekati 30.000 dolar AS dan mencatat rekor penurunan beruntun karena runtuhnya TerraUSD yang disebut stablecoin mengguncang pasar.
Aset kripto juga tersapu dalam penjualan luas investasi berisiko di tengah kekhawatiran tentang inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga. Sentimen sangat rapuh, karena token yang seharusnya dipatok ke dolar itu telah goyah.
Bitcoin, mata uang kripto terbesar berdasarkan total nilai pasar, berhasil bangkit di sesi Asia dan diperdagangkan pada 30.300 dolar AS pada pukul 06.23 GMT, naik 5,0 persen. Bitcoin telah melakukan pemulihan dari level terendah 16 bulan di sekitar 25.400 dolar AS yang dicapai pada Kamis 12 Mei 2022.
Tapi itu tetap jauh di bawah level minggu lalu di sekitar 40.000 dolar AS dan, kecuali ada rebound dalam perdagangan akhir pekan, menuju rekor kerugian mingguan ketujuh berturut-turut.
“Saya tidak berpikir yang terburuk sudah berakhir,” kata Scottie Siu, Direktur Investasi Axion Global Asset Management, sebuah perusahaan yang berbasis di Hong Kong yang menjalankan dana indeks kripto.
Dia memprediksi ada lebih banyak penurunan dalam beberapa hari mendatang. "Saya pikir apa yang perlu kita lihat adalah jatuhnya open interest lebih banyak, sehingga spekulan benar-benar keluar darinya, dan saat itulah saya pikir pasar akan stabil."