TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan ekor sapi di Kota Batu, Jawa Timur, diduga terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK). Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu Sugeng Pramono di Kota Batu mengatakan tiga sampai enam sampel dari total 33 ekor sapi dikirim ke Balai Besar Veteriner Wates, Yogyakarta, untuk diteliti.
"Hasilnya akan diketahui besok, jadi masih belum bisa dipastikan positif atau tidak," kata Sugeng, Rabu, 11 Mei 2022.
Dinas setempat mencatat ada 12.579 ekor sapi perah dan 2.579 ekor sapi potong di Kota Batu. Sugeng menjelaskan pihaknya menerima laporan atas dugaan adanya wabah PMK dari para peternak di Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, pada 6 Mei 2022. Kemudian, pada 7 Mei, petugas melakukan pengecekan.
Sehari setelah itu, sampel dari sapi yang diduga terjangkit PMK tersebut dibawa ke balai besar. Saat ini, pihaknya masih menunggu hasil penelitian.
Ia mengimbuhkan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu telah melakukan upaya untuk mengantisipasi penyebaran wabah PMK. Misalnya, penyemprotan desinfektan, pemberian vitamin, pemberian suntikan antibiotik, dan sosialisasi ke pemerintah desa serta peternak.
Selain itu, pemerintah setempat membentuk satuan tugas yang terdiri atas Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Dinas Koperasi dan usaha Mikro, Balai besar Pelatihan Peternakan, Polres, TNI dan juga Koperasi Unit Desa (KUD) yang ada di wilayah Kota Batu. "Saat ini kami terus melakukan penanganan komprehensif dengan banyak pihak. Penganan meliputi membentuk satgas hingga melakukan sosialisasi ke pemerintah desa dan peternak," katanya.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo sebelumnya menetapkan dua provinsi sebagai daerah darurat wabah PMK. Dua daerah tersebut adalah Provinsi Aceh dan Jawa Timur.
"Kabupaten itu adalah di Aceh adalah Aceh Tamiang dan Aceh Timur. Yang kedua di Jawa Timur untuk Gresik, Sidoarjo, Lamongan dan Mojokerto," kata Syahrul.
Setelah ditemukan adanya wabah PMK di kedua provinsi ini, Kementerian bersama pemerintah daerah melakukan upaya pencegahan dan kerja sama. Tujuannya untuk mengintervensi wilayah yang terjangkit wabah PMK sejak Ramadan.
Dia mengatakan PMK adalah salah satu penyakit yang penyebarannya sangat cepat, yaitu melalui udara dan kontak langsung. Sehingga, kata dia, daerah-daerah tersebut harus menjadi daerah yang sepenuhnya dalam kendali yang baik oleh pemerintah daerah maupun Kementerian Pusat.
Upaya ini dilakukan agar wabah PMK terkendali dan tidak terjadi mutasi yang berlebihan. Menurut Syahrul, dari beberapa rapat koordinasi, ada tiga langkah yang sudah dilakukan oleh pemerintah.
ANTARA | HENDARTYO HANGGI
Baca juga: Penyakit Mulut dan Kuku Meluas, Akankah Stok Hewan Kurban Idul Adha Terganggu?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.