TEMPO.CO, Jakarta - Situs CoinMarket Cap pada Selasa, 10 Mei 2022, menunjukkan aset kripto telah kehilangan hampir US$ 800 miliar nilai pasar ke level terendahnya, US$ 1,4 triliun selama sebulan terakhir. Bila dirupiahkan, nilai pasar aset kripto itu menguap hampir Rp 11,63 triliun dengan menggunakan asumsi kurs Rp 14.533 per dolar AS.
Jebloknya nilai aset kripto tersebut disebabkan oleh adanya kebijakan moneter yang mempengaruhi minat para investor menanamkan modalnya di aset berisiko.
Bitcoin (BTC) nilainya hampir mencapai 40 persen dari total pasar kripto, kemarin berada di level terendah 10 bulan sebelumnya. Aset kripto itu akhirnya rebound ke US$ 31.450 atau sekitar Rp 465 juta (asumsi kurs Rp 14.526 per dolar AS).
Harga Bitcoin melemah hanya enam hari setelah menyentuh US$ 40.000 atau sekitar Rp 581 juta. Aset kripto dengan pangsa pasar terbesar itu telah jeblok nilainya hingga 54 persen bila dibandingkan saat mencapai level tertinggi per 10 November 2021 sebesar US$ 69.000 atau sekitar Rp 1 miliar.
Terlepas dari penurunan harga Bitcoin, dana dan produk yang terkait dengannya membukukan arus masuk sebesar US$ 45 juta atau Rp 653 juta minggu lalu. Menurut manajer aset digital Coinshares dalam sebuah laporan yang dirilis pada Senin lalu, hal tersebut karena investor memanfaatkan kelemahan harga aset kripto tersebut.
“Likuiditas dalam jumlah besar yang telah menggelembungkan beberapa cryptocurrency ini,” kata Sebastien Galy, ahli strategi makro senior di Nordea Asset Management. Dia mengharapkan aset kripto, yang juga berkorelasi dengan saham dengan pertumbuhan tinggi, berada di bawah tekanan karena beberapa bank sentral memperketat kebijakan moneter mereka.