TEMPO.CO, Jakarta - Twitter kini resmi dibeli oleh orang terkaya di dunia saat ini, Elon Musk. Pembelian tersebut terjadi setelah Elon melobi pihak Twitter hingga mencapai kesepakatan harga tunai senilai 44 miliar dolar Amerika Serikat atau setara dengan 634 triliun rupiah. Harga yang fantastis ini membuat orang-orang bertanya, apa motivasi Elon Musk untuk membeli Twitter?
Salah satu motivasi Elon Musk untuk membeli Twitter, dilansir dari newyorker.com, adalah memaksimalkan potensi Twitter sebagai media sosial dengan kebebasan berpendapat. Motivasi ini berangkat dari fakta mengenai banyaknya penghapusan dan pembungkaman akun-akun tertentu di Twitter belakangan ini. Salah satu upaya Elon untuk memaksimalkan potensi kebebasan berpendapat ini adalah dengan mengubah Twitter dari perusahaan publik menjadi privat.
Dilansir dari britannica.com, Twitter sebenarnya memulai perjalanannya sebagai perusahaan privat pada 2006. Seiring berjalannya waktu, Twitter berubah menjadi perusahaan publik, tepatnya pada 2013. Kini, seperti dikutip dari cnbc.com, kesepakatan antara pihak Twitter dan Elon Musk menyatakan bahwa Twitter akan kembali menjadi perusahaan privat.
Berbagai perbedaan tentu akan muncul dari perubahan ini. Dilansir dari thebusinessprofessor.com, perbedaan antara perusahaan publik dan perusahaan privat salah satunya ada dalam aspek kepemilikannya. Perusahaan publik merupakan jenis perusahaan yang kepemilikannya dibuka dan diperjualbelikan kepada publik. Penjualan kepemilikan ini dapat ditemukan dalam bentuk penjualan saham di pasar saham.
Aspek kepemilikan tersebut berbeda dengan perusahaan privat. Dilansir dari investopedia.com, perusahaan privat adalah perusahaan yang aspek kepemilikannya hanya menjadi milik beberapa orang tertentu. Implikasinya, kepemilikan perusahaan yang berupa saham tidak bisa dipasarkan begitu saja di pasar saham.
BANGKIT ADHI WIGUNA
Baca juga: Elon Musk Resmi Beli Twitter, Apa yang Terjadi Setelahnya?