TEMPO.CO, Jakarta - Sudah empat jam setengah, Mulyani tak sempat duduk. Sejak jam tujuh pagi, pemilik bisnis kue Gairen Cakes ini berdiri mengaduk adonan kue, bergeser ke kanan memasang waktu di mesin panggang dan sesekali diam tiga menit untuk mengirim pesan singkat ke pelanggan.
Meski dibantu saudaranya di dapur, Perempuan berusia 30 tahun itu, kewalahan menangani pesanan kue. Sejak pekan pertama bulan Puasa, ia menolak pesanan yang masuk. “Lebaran sekarang dapat order 100 loyang kue bolu, tahun kemarin saja enggak sampai setengahnya," kata dia, Sabtu 16 April 2022.
Baca Juga:
Larisnya bisnis makanan Mulyani, bermula setelah ia mengikuti pelatihan program MicroMentor, yang diadakan Lembaga Swadaya, Mercy Corps Indonesia. MicroMentor adalah platform digital yang mempertemukan antara pengusaha UMKM dan relawan mentor untuk memberikan akses bimbingan termasuk bagi pengusaha UMKM.
Mulyani, pemilik bisnis Gairen Cakes, sedang membuat adonan akhir kue tart. Perempuan usia 30 tahun ini adalah peserta pelatihan mentoring dari Mercy Corps Indonesia. FOTO/Istimewa
Dari program itu, Mulyani belajar tahapan bisnis, pemasaran hingga mengurus perizinan usaha. Bermacam izin sudah dikantongi ia mulai Nomor Induk Berusaha, Izin Produk Industri Rumah Tangga, sertifikat halal, hingga Izin Usaha Mikro dan Kecil. “Punya izin bikin saya pede, sekarang jualan sampe luar kota. Kue saya jadi oleh-oleh.”
Awal-awal, pembelinya hanya teman sekampung di Kecamatan Salopa di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Mulyani menceritakan pendapatannya meningkat hingga 25 persen setelah menyelesaikan mentoring 3 bulan. Setelah memasarkan melalui media sosial Facebook dan WhatsApp, ia mempercantik kemasan produk. Penjualan kue kering dulu tidak sampai 30 loyang dalam sebulan. Kini 7 loyang lebih ludes tiap hari.
Bisnis kue Mulyani yang dimulai tahun 2019, hanyalah hobi untuk mengisi waktu luang. Tetapi bisnis kecil ini menutupi kebutuhan rumah tangga saat suaminya terdampak PHK (pemutusan hubungan kerja) karena pandemi. “Pandemi justru enggak berpengaruh ke bisnis perkuean, tetap lancar,” kata dia.
Kisah Mulyani adalah potongan cerita dari program inklusi keuangan yang digarap Mercy Corps Indonesia bersama Bank CommonWealth Indonesia dan Mastercard. Dimulai sejak 2019, program bimbingan virtual pelaku ekonomi ini melatih 51.321 wirausaha yang tersebar di 364 kota dan kabupaten. Pelatihan ini menggandeng 17.322 mentor relawan. Pelatihan inklusi keuangan yang tak dibatasi ruang ini membuka peluang pemerataan ekonomi di pelosok daerah.
Pedagang mengemas sandal hasil industri kecil rumah tangga yang dipasarkan melalui daring di Denpasar, Bali, Jumat, 17 Juli 2020. Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali mendorong seluruh pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) untuk menggunakan “platform” digital dalam memasarkan produk usahanya sebagai upaya pemulihan perekonomian akibat pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Di era digital, ekonomi tumbuh pesat. Bank Indonesia memperkirakan pasar daring tumbuh Rp 530 triliun pada tahun ini. Naik 24,3 persen dari tahun 2021, Rp 401 triliun. Sayangnya, madu dari ekonomi digital paling banyak dinikmati di di pulau Jawa. Bank Dunia melaporkan akumulasi nilai pembelian (GMV) e-commerce tahun 2020 Rp 457 triliun, terfokus di kawasan padat penduduk yang relatif makmur dengan konektivitas Internet memadai dan biaya logistik murah.
Ekonomi Tumbuh Timpang