TEMPO.CO, JAKARTA - Estherin menghela nafas panjang usai empat kali gagal membayar tiket pesawat di aplikasi Traveloka. Warga Papua, termasuk perempuan usia 30 tahun ini, sudah akrab dengan sinyal internet byar pet di semua wilayah, kecuali di Jayapura. “Sinyal sudah 4G tapi berat loadingnya, padahal tinggal proses bayar,” kata calon pegawai negeri sipil itu kepada Tempo, Ahad 17 April 2022.
Pagi itu, jaringan internet di Sorong, kembang kempis. Pembayaran tiket Lion Air baru berhasil setelah Estherin coba lima kali. Meski tak tiap hari, lemah sinyal membuat dia pesimistis layanan bank digital hadir di Papua. Sinyal telepon sering hilang, apalagi internet. “Apalagi kalau hujan, selesai sudah,” kata dia. Keberadaan kantor bank di Papua masih penting bagi Estherin, terutama saat transaksi bermasalah.
Kecanggihan layanan bank digital membuat ia penasaran. Sesaat teringat minimnya infrastruktur di tanah kelahirannya, Estherin tak banyak berharap. “Cari yang familiar saja, biar gak ribet,” tuturnya. Dari belasan bank digital, baru Bank Jago yang ia tahu saat membantu disertasi temannya yang kuliah di UGM. “Setelah kerja di sini, saya jadi tidak update.”
Seorang warga Kampung Goras, Distrik Mbahamdandara, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, mencoba berkomunikasi menggunakan telepon seluler dari puncak bukit Telkomsel. Foto: Hari Suroto
Seperti warga lokal lain, Yohanis Rumbiak mengandalkan Bank Papua. PNS, biasanya wajib mempunyai rekening bank daerah. Ia kerap mendatangi bank untuk mengakses layanan keuangan, seperti mendapat pinjaman. Pria usia 40 tahun ini tak mengetahui adanya bank digital. Digital, bagi dia, identik dengan internet yang bermasalah.
Ia bercerita layanan pesan instan WhatsApp perlu menunggu 5 menit sebelum terkirim. Yohanis tinggal di Kabupaten Mamberamo Raya, jaraknya 3 hari dari Jayapura jika menggunakan kapal atau satu jam dengan pesawat. “Jaringan BTS (Base Transceiver Station) sedikit kalau di pedalaman.”
Penetrasi bank digital memang menumpuk di Jawa. Misalnya 80 persen nasabah Bank digital Jenius dan BNC (Bank Neo Commerce) terkosentrasi di pulau yang dihuni oleh 151,59 juta orang. Jenius kini memiliki 3,7 juta pengguna sedangkan BNC 16 juta pengguna. Juga, BCA Digital, blue, mencatat 70 persen dari 650.000 nasabahnya dari Jawa. Sebanyak 1,4 juta nasabah Bank Jago pun, mayoritasnya berasal dari wilayah sama.
Pusat ekonomi dan bisnis Indonesia berada di pulau yang populasinya mencapai 56,1 persen dari total penduduk Indonesia. Pulau ini menyumbang 57,89 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2021. Sebesar 52 persen industri pengolahan juga berada di Jawa. Perputaran uang terpusat di satu tempat membuat ketimpangan ekonomi melebar.
Bank Neo Commerce menambah layanan RDN dan digital lending di triwulan I-2022. Foto: Istimewa
Secara keseluruhan, industri perbankan menunjukkan statistik senada. Mengutip Statistik Perbankan Indonesia Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Januari 2022, dari jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) seluruh Indonesia Rp 7.362 triliun, sebanyak Rp 3.841 triliun berputar di Jakarta, sementara DPK Papua dan Papua Barat Rp 46 triliun dan Rp 15 triliun. Sedangkan dari kredit perbankan Indonesia Rp 5.709 triliun, porsi DKI Jakarta Rp 2.698 triliun. Jauh dibandingkan Papua dan Papua Barat, yang mencapai Rp 31,8 triliun dan Rp 14,8 triliun.
Bank digital menawarkan banyak layanan baru dan inovatif, seperti user interface menarik dan mudah digunakan, bunga tinggi, pilihan fitur simpanan hingga bonus promo. Nesti Nira, 29 tahun, pengguna TMRW, bank digital UOB, karena mengincar promo, bebas admin dan biaya transfer tanpa syarat. Banyak diskon yang ditawarkan TMRW, mulai dari pembelian di merchant makanan, minuman, pakaian hingga kebutuhan rumah tangga. Bagi pegawai swasta ini, keunggulan TMRW tidak dimiliki keempat rekening bank yang dia miliki.
Gula-gula Bank Digital