Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Juni 2021 menunjukkan bahwa Indonesia sudah memiliki 14 bank digital, 10 sudah beroperasi, dan sisanya sedang mempersiapkan diri.
Adapun pertumbuhan jumlah bank digital ini diawali dengan aksi akuisisi bank-bank kecil. Di antaranya BCA yang mengakuisisi Bank Royal, lalu membuat bank BCA Digital yang melayani nasabah lewat aplikasi Blu.
Direktur Utama BCA Digital, Lanny Budiati, menjelaskan saat ini kepemilikan saham PT Bank Digital BCA adalah PT Bank Central Asia Tbk 99,99997 persen, dan PT BCA Finance 0,00003 persen. BCA Digital sudah memiliki rencana untuk IPO, namun masih wacana karena IPO memiliki banyak pertimbangan, antara lain fundamental bisnis, rekam jejak kinerja, tingkat permodalan, kebutuhan pendanaan, dinamika pasar modal dan sebagainya.
“Saat ini fokus kami bukan di IPO, tapi fokus ke mengembangkan bisnis Perusahaan. Sebab posisi permodalan dan likuiditas BCA Digital cukup pada saat ini,” kata Lanny.
Dalam mengembangkan bisnis, BCA Digital akan selalu mendengarkan suara konsumen dalam membangun fitur-fitur Blu sesuai dengan kebutuhan finansial nasabah, sekaligus meningkatkan kualitas produk, serta layanan Blu. BCA Digital juga ingin mengembangkan dan memperluas skala ekosistem digital Blu dengan menggandeng dan berkolaborasi dengan bisnis partners.
Menurut Lanny, tren bank digital telah menjadi sesuatu yang tidak terhindarkan, termasuk karena adanya perubahan gaya hidup generasi muda maupun masyarakat modern. Para digital savvy ini menginginkan adanya layanan perbankan yang praktis.
Tren ini diyakini memiliki potensi pasar yang besar sekaligus mendorong kemunculan sejumlah bank digital di Indonesia. Dengan banyaknya bank digital yang hadir di Indonesia, maka industrinya juga akan tumbuh dengan subur.
Persaingan pun menjadi lebih ketat antar bank digital tersebut untuk berlomba menyediakan produk dan layanan yang berkualitas sesuai kebutuhan. Per akhir Maret ini tercatat sekitar hampir 650.000 nasabah BCA Digital.
Berbeda dengan BCA Digital dari aspek kepemilikan saham, susunan pemegang saham Bank Jago saat ini adalah pemegang saham atau investor dalam negeri mencapai 61,5 persen dan 38,5 persen adalah investor asing.
Bicara soal investor asing, Direktur Kepatuhan/Sekretaris Perusahaan Bank Jago Tjit Siat Fun menjelaskan GIC masuk menjadi pemegang saham minoritas saat Bank Jago melaksanakan penawaran umum terbatas II (rights issue II) pada April 2021. GIC adalah perusahaan investasi asal Singapura.