TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita membidik industri petrokimia Indonesia menjadi peringkat satu di tingkat ASEAN. Target Agus ini mengingatkan berhasil tidaknya pembangunan industri nasional salah satunya dipengaruhi profil industri petrokimia.
"Kami terus mendorong investasi di industri kimia, khususnya untuk memperkuat komoditas pada sektor kimia hulu dan mampu menyubstitusi produk petrokimia yang masih banyak diimpor seperti etilena, propilena, BTX, polietilena (PE), dan polipropilena (PP)," ujar Menperin lewat keterangannya di Jakarta, Rabu 13 April 2022.
Menperin menyampaikan hal itu saat meninjau proyek PT Asahimas Chemical Phase-7 di Cilegon, Banten, Rabu kemarin.
Industri petrokimia merupakan industri strategis di tingkat hulu yang menjadi modal dasar dan prasyarat utama untuk mengembangkan industri di tingkat hilir seperti plastik, serat kain, tekstil, kemasan, elektronika, otomotif, obat-obatan, dan industri-industri penting lainnya.
Ia menyampaikan saat ini kapasitas industri nasional untuk produk-produk tersebut mencapai 7,1 juta ton per tahun. Namun, impor produk kimia juga masih sangat signifikan, yaitu mencapai 4,6 juta ton pada 2020.
Hal ini mengindikasikan perlunya upaya peningkatan kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.
Investasi proyek PT Asahimas Chemical Phase-7 di Cilegon yang telah diresmikan pada 1 April 2022 lalu menunjukkan bahwa potensi pengembangan industri petrokimia intermediate sangat besar.
Dengan penambahan kapasitas produk PVC sebesar 200 ribu ton/tahun, maka total kapasitas PVC nasional menjadi 1.062.000 ton/tahun, menjadikan Indonesia sebagai produsen PVC terbesar di ASEAN.
"Penambahan kapasitas produksi ini berkontribusi menjaga pasokan dalam negeri sebagai antisipasi meningkatnya permintaan PVC domestik, sekaligus menambah potensi pasar ekspor," ujar Menperin.