TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Sahabat Sampoerna (Bank Sampoerna) membukukan laba bersih Rp 86 miliar pada tahun 2021 atau melonjak 84 persen dibanding tahun lalu yang sebesar Rp 47 miliar.
Direktur Keuangan dan Perencanaan Bisnis Bank Sampoerna, Henky Suryaputra, mengatakan, pihaknya selalu melakukan transformasi dan memanfaatkan digitalisasi sambil berkolaborasi untuk memberi layanan terbaik kepada nasabah, termasuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Kolaborasi tersebut melibatkan perusahaan payment gateway (gerbang pembayaran) seperti Xendit, Instamoney, Safecash, dan Dhasatra. Selain itu Bank Sampoerna juga memfasilitasi berbagai transaksi digital.
“Di samping layanan internet banking, mobile banking, digital lending melalui PDaja.com, dan virtual account, Bank Sampoerna juga berkolaborasi dengan berbagai perusahaan fintech," ujar Henky.
Melalui kolaborasi dengan berbagai perusahaan peer-to-peer (P2P)/ fintech lending seperti Mekar, Julo, Indodana, Kredivo, Akulaku, dan Julo, Bank Sampoerna dapat lebih banyak memberikan pendanaan pada pelaku UMKM yang belum bankable.
Pencapaian ini diklaim atas pengelolaan biaya operasional dan pendapatan bunga bersih serta non bunga yang dinilai baik. Untuk pendapatan bunga bersih tahun 2021 meningkat delapan persen menjadi Rp 720 miliar daripada tahun sebelumnya.
Peningkatan ini tak lepas dari kondisi perekonomian tahun 2021 yang dinilai telah lebih stabil, sehingga pengelolaan likuiditas Bank Sampoerna dapat dijalankan lebih efisien dengan Loan-to-Deposit Ratio (LDR) di tingkat 89,6 persen pada akhir 2021.
BIla dibandingkan dengan rasio penyaluran kredit di tahun 2020 sebesar 78,4 persen, angka yang ditorehkan bank tahun lalu tercatat meningkat. Kredit yang disalurkan pada akhir tahun 2021 juga meningkat 3,9 persen ke Rp 8,5 triliun dibandingkan posisi tahun sebelumnya (yoy/year-on-year).