“PKRI akan menyasar perusahaan-perusahaan dengan manajemen yang baik yang memiliki ceruk pasar yang solid. Saat ini, dibandingkan dengan pendanaan dari bank, kontribusi pasar surat utang sebagai alternative sumber pembiayaan masih jauh lebih rendah,” ungkapnya.
Penerbitan surat utang pada 2021 berkisar di Rp100 triliun oleh kurang dari 60 perusahaan dianggap sangat rendah dibandingkan dengan PDB Indonesia yang mencapai lebih dari US$1.000 triliun.
Demikian pula, outstanding bonds sekitar Rp430 triliun tergolong kecil dibandingkan dengan kredit modal kerja dan investasi yang disalurkan perbankan sekitar Rp4.100 triliun. Eddy mengatakan PKRI didirikan dengan komitmen jangka panjang.
PKRI optimis bahwa perekonomian Indonesia akan segera bangkit setelah tertekan akibat pandemi yang berkepanjangan. “Tantangan-tantangan ekonomi seperti kenaikan inflasi, stabilitas geopolitik, dll akan selalu ada tetapi secara keseluruhan kondisi lingkungan usaha di Indonesia akan terus membaik yang mendorong investasi-investasi baru,” pungkasnya.
BACA: BRI Apresiasi Langkah OJK Siapkan Regulasi Baru Akuisisi Fintech
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.