TEMPO.CO, Jakarta - PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) mengukur dampak di pasar keuangan Indonesia setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menginstruksikan operasi militer di Ukraina bagian timur.
Menurut Chief Economist & Investment Strategist MAMI Katarina Setiawan, kawasan Asia, termasuk Indonesia, memiliki tingkat inflasi yang jauh lebih rendah dibandingkan Amerika Serikat, sehingga inflasi masih akan tetap berada dalam kisaran yang terkendali di tengah dampak kenaikan harga energi dan berbagai komoditas.
"Perekonomian dan pasar finansial Indonesia akan relatif lebih terinsulasi (meredam) dari dampak konflik Rusia dan Ukraina. Inflasi Indonesia yang masih relatif rendah pada kisaran 2,18 persen dan diperkirakan akan tetap terjaga di bawah 4 persen yang merupakan rentang atas acuan Bank Indonesia," ujarnya dalam keterangannya di Jakarta, Kamis 24 Februari 2022.
Selain itu, lanjut Katarina, sebagai negara produsen dan eksportir energi, komoditas, dan logam terkemuka di dunia, Indonesia juga diuntungkan dari kenaikan harga produk-produk tersebut.
"Fundamental perekonomian Indonesia yang kuat, antara lain ditunjukkan dengan surplus neraca transaksi berjalan, peningkatan cadangan devisa, nilai tukar rupiah yang stabil, dan perbaikan pertumbuhan ekonomi, membuat Indonesia lebih resilien menghadapi goncangan jangka pendek dari ketegangan geopolitik ini," kata Katarina.
Kembali melihat sejarah, bank sentral biasanya menahan diri dari menaikkan suku bunga secara berlebihan selama periode perang, dan lebih memilih untuk mengendalikan inflasi dengan gabungan cara-cara lain. The Fed dinilai akan tetap data-dependent dalam mengambil keputusan.