TEMPO.CO, Jakarta -Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk. Verdi Budidarmo mengatakan 350 Klinik Kimia Farma yang tersebar di seluruh Indonesia sudah siap untuk melaksanakan vaksinasi lanjutan atau booster dengan vaksin Sinopharm.
“Vaksin lanjutan atau booster Sinopharm ini hadir untuk membantu percepatan program vaksinasi yang telah dicanangkan oleh pemerintah dan setelah dilakukan booster dengan Sinopharm tersebut," kata Verdi dalam keterangan tertulis Rabu, 16 Desember 2022.
Sertifikat untuk vaksin dosis lanjutan atau booster bisa diakses di Peduli Lindungi.
Vaksin Sinopharm telah mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) atau persetujuan darurat dari Badan POM sebagai vaksin dosis lanjutan atau booster homolog untuk dewasa 18 tahun ke atas. Dengan demikian, masyarakat yang telah mendapat vaksin Sinopharm dosis primer lengkap sekurang-kurangnya enam bulan, sudah bisa menerima vaksin booster produksi Beijing Bio-Institute Biological ini.
Menteri BUMN Erick Thohir menyambut gembira dengan telah diterbitkannya EUA Vaksin Sinopharm untuk dosis lanjutan atau booster tersebut. “Alhamdulillah, EUA dosis lanjutan atau booster untuk Vaksin Sinopharm telah dikeluarkan oleh Badan POM," kata Erick.
Dia mengatakan masyarakat yang telah mendapat vaksin Sinopharm dosis primer lengkap sekurang–kurangnya enam bulan, sudah bisa menerima vaksin booster Vaksin Sinopharm ini. Dia juga bersyukur, bahwa sertifikat vaksin Sinopharm sudah tersedia di Peduli
Lindungi.
Adapun Badan POM telah melakukan evaluasi terhadap aspek khasiat dan keamanan mengacu pada standar evaluasi vaksin Covid-19 untuk vaksin Sinopharm sebagai dosis booster homolog untuk dewasa 18 tahun ke atas. Vaksin Sinopharm sebagai booster umumnya dapat ditoleransi dengan baik.
Frekuensi, jenis, dan keparahan reaksi sampingan atau kejadian yang tidak diharapkan (KTD) setelah pemberian booster lebih rendah dibandingkan saat pemberian dosis primer. Adapun KTD yang sering terjadi merupakan reaksi lokal seperti nyeri di tempat suntikan, pembengkakan, dan kemerahan serta reaksi sistemik seperti sakit kepala, kelelahan, dan nyeri otot, dengan tingkat keparahan grade 1–2.
Dilihat dari aspek imunogenisitas, peningkatan respon imun humoral untuk parameter pengukuran antibodi netralisasi dan anti IgG masing-masing sebesar 8,4 kali dan 8 kali lipat dibandingkan sebelum pemberian booster. Respons imun setelah pemberian booster ini lebih tinggi dibandingkan respons imun yang dihasilkan pada saat vaksinasi primer.
Baca Juga: EUA Keluar, Kimia Farma: Warga Sudah Bisa Suntik Vaksin Booster Sinopharm