Pada paparannya, Arifin juga menyatakan upaya lainnya untuk mencapai bauran energi tersebut, yakni pembangunan 10,6 gigawatt pembangkit listrik tenaga energi baru terbarukan termasuk penggantian pembangkit listrik tenaga diesel menjadi pembangkit listrik bersih, dan pemanfaatan biofuel hingga 11,6 juta kiloliter.
"Pada rencana suplai listrik, kami memiliki arus laut, surya, air, panas bumi, dan sebagainya. Namun saat ini sumber energi terbesar adalah dari energi surya. Selain itu, kami juga belum mempertimbangkan pemanfaatan tenaga nuklir (dalam waktu dekat), melainkan mulai tahun 2049," kata Arifin.
Indonesia juga akan membangun super grid untuk meningkatkan konektivitas kelistrikan. Transmisi baru antar sistem dan antar pulau dibutuhkan untuk membagi sumber energi terbarukan yang dimiliki suatu daerah.
Arifin menyampaikan pemerintah Indonesia harus membangun infrastruktur untuk menghubungkan pulau-pulau utama dengan transmisi dari pembangkit listrik energi baru terbarukan.
"Sebagai contoh, Kalimantan Utara akan dihubungkan dengan Sumatera dan Sulawesi. Selain itu, suplai listrik dari Nusa Tenggara, di mana banyak sumber energi surya, dapat dihubungkan ke Sulawesi dan Kalimantan," katanya.
Di akhir pertemuan, Arifin mengatakan akan tetap menjalin hubungan baik dengan Bank Dunia untuk mencapai target-target transisi energi yang telah direncanakan.
"Kami akan tetap bekerja sama dengan Bank Dunia dan berharap kita dapat mengatur program-program lainnya untuk dapat dieksekusi," katanya.
ANTARA
Baca juga: Hari Ini Seribuan Buruh Demo Soal Jaminan Hari Tua Cair di Usia 56 Tahun
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.