Pedagang itu menjelaskan bahwa perbedaan harga tempe juga dipengaruhi oleh kepadatan kedelai yang dicampur serta pemilihan kualitas kacang kedelai. Manisa yang juga seorang perajin tempe rumahan di kawasan Bekasi Barat menuturkan, ia memilih kacang kedelai kualitas terbaik bermerek Tiga Roda.
Menurutnya kacang kedelai kualitas terbaik akan menghasilkan tempe yang tidak memiliki bercak hitam. “Orang ngeliat semua tempe itu sama. Nggak, beda, tergantung kacangnya. Dari tekstur rasanya mah nggak. Kalo pake kedelai nomor dua (kualitasnya), orang komplain keliatan beda,” tutur Manisa.
Selama ini dia juga mengeluhkan harga kedelai yang terus naik namun harga tahu dan tempe menetap. Setiap membeli stok kedelai sebanyak satu kuintal di koperasi, dia memperhatikan ada kenaikan harga Rp 10 ribu sampai Rp 20 ribu.
Harga per kuintal yang Manisa beli dari koperasi kurang lebih Rp 600 ribu. Stok kedelai itu dia gunakan untuk produksi tempe rumahannya selama dua hari. “Tiap nimbang dua hari sekali tuh naik Rp 10 ribu, Rp 20 ribu. Naik gitu,” tuturnya.
Untuk menyiasati kenaikan kedelai dengan harga tempe, ia mengurangi jumlah produksi hariannya. Mau tidak mau langkah ini tetap dilakukan walaupun Manisa meraup keuntungan yang tipis.
Kemendag Memberi Sinyal Tahu dan Tempe Akan Naik