TEMPO.CO, Jakarta - Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung telah dimulai sejak 2016. Mengutip situs web PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC), akan ada empat stasiun untuk moda transportasi itu, yaitu Halim, Karawang, Padalarang, Tegalluar dengan satu depo yang berlokasi di Tegalluar. Setiap stasiun itu akan terintegrasi dengan moda transportasi massal di setiap wilayah.
Selama proyek itu berjalan muncul berbagai perbincangan. Tak hanya anggaran, tapi juga nasib kereta cepat terkait perpindahan ibu kota.
Berikut beberapa polemik tentang proyek kereta cepat Jakarta-Bandung:
- Anggaran membengkak
Mula anggaran proyek ini sebesar Rp85 triliun, kemudian membengkak menjadi Rp113 triliun. Anggota Komisi V DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN), A. Bakri H. M, mempertanyakan soal anggaran itu. Ia terkejut dengan jumlah anggaran yang makin besar itu.
“Apa jaminan pemerintah, apakah (pembangunan kereta cepat) masih membutuhkan anggaran lagi atau tidak sampai habis Rp 113 triliun itu?” katanya dalam rapat dengar pendapat DPR bersama Kementerian Perhubungan dan PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC), Senin, 7 Februari 2022.
- Balik modal 40 tahun
Direktur Utama KCIC yaitu Dwiyana Slamet Riyadi mengusulkan biaya tiket antara Rp150 ribu hingga Rp350 ribu. Jika diperhitungkan jumlah penumpang per hari, nilai investasi, dan harga tiket, proyek itu diperkirakan akan balik modal selama 40 tahun. “Namun ini masih dievaluasi apakah ada revenue stream yang BEP-nya (break event point) bisa lebih kecil dari 40 tahun,” kata Dwiyana.
- Nasib kereta cepat setelah pindah ibu kota
Proyek kereta cepat membutuhkan modal yang luar biasa besar. Wakil Ketua Komisi V DPR, Syarif Abdullah Alkadrie mempertanyakan manfaat kereta cepat jika sudah pindah ibu kota negara (IKN). “Dengan perpindahan IKN, ini akan mengurangi kesibukan transportasi yang begitu rupa. Ini harus diperhitungkan,” katanya dalam rapat Komisi V bersama PT Kereta Cepat Indonesia-Cina, Senin, 7 Februari 2022.
- Kesulitan membangun terowongan
Dwiyana mengatakan, kesulitan proyek itu membangun terowongan yang akan dilewati kereta. Itu tersebab kondisi geologis yang melewati area tanah liat. Menurut Dwiyana, ada 13 terowongan yang akan dibangun untuk proyek kereta cepat. Ada dua yang membutuhkan penanganan khusus. Pengerjaan proyek ini sudah mencapai 79 persen.
“Kami berusaha semaksimal mungkin di tengah kendala yang ada,” kata Dwiyana.
VIOLA NADA HAFILDA
Baca: Konstruksi Kereta Cepat Mencapai 79,9 Persen, Kemenhub Finalkan Aturan