TEMPO.CO, Jakarta - Staf Ahli Menteri Koperasi dan UKM Bidang Produktivitas dan Daya Saing Yulius menyebutkan ada beberapa tantangan yang harus diselesaikan agar sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) bisa naik kelas dan berkembang jadi lebih besar baik dari segi administratif hingga peningkatan kualitas produk.
Yulius mengatakan bahwa UMKM membutuhkan pendampingan agar bisa mengakses pembiayaan dari perbankan maupun mengakses pasar yang lebih luas.
"Persoalan yang memang saat ini dihadapi oleh UMKM utamanya dalam persoalan untuk mengakses pendanaan. Pertama, contohnya kita paham bahwasanya audit perbankan itu agak sulit dilakukan kepada UMKM mengingat sistem pembukuan mereka yang masih sangat low level, ini yang membuat mereka masih sulit," kata Yulius, dalam acara BRI MicroFinance Outlook yang dipantau di Jakarta, Kamis 10 Februari 2022.
Dia menyebutkan bahwa terdapat informasi yang asimetris, yaitu bank tidak mampu melihat kondisi potensial dari UMKM, sementara UMKM sendiri tidak bisa memberikan informasi yang sebenarnya terhadap besarnya penjualan yang telah dilakukan. Menurut Yulius, gap ini harus bisa diselesaikan dan diharapkan dengan adanya holding BUMN ultramikro bisa menjembatani hal tersebut.
Ke depannya, kata Yulius, yang perlu dipikirkan adalah agar pembiayaan dan pendampingan kepada UMKM menjadi lebih efisien.
"Karena masalahnya banyak upaya yang dilakukan kepada UMKM, tapi kita paham UMKM mempunyai keterbatasan SDM maka pendampingan ini sangat-sangat penting," kata Yulius.