"Kami ini punya teknologi belum bagus. Teknologinya baru dari luar negeri yang paling bagus. Tetapi kita tidak boleh merelakan kekayaan negeri kita kepada orang yang menguasai teknologi tanpa ada hitung-hitungan ekonomi, kolaboratif yang baik. Maka negara punya posisi bagaimana membuat regulasi yang win win, menguntungkan investor yang punya teknologi tapi pengusaha nasional pun tidak boleh ditinggalkan," katanya.
Bahlil pun menilai Presidensi Indonesia di G20 tahun ini jadi momentum penting untuk menegaskan kepentingan Indonesia itu.
Contoh lainnya, lanjut dia, terkait urusan karbon di mana banyak negara asing, khususnya Eropa, yang memaksa Indonesia harus lebih berkelanjutan di sektor kehutanan.
"Sekarang ini orang-orang di Eropa, khususnya, ingin kita investasi di kehutanan harus sustainable, nggak boleh potong-potong kayu. Oke, kita nggak potong kayu, investasi kehutanan pasti akan sedikit terkoreksi. Tapi negara-negara yang butuh karbon itu, dia harus invest ke Indonesia. Ruang-ruang ini yang harus kita mainkan agar semua dapat manfaat, tapi semua juga harus berkorban. Jangan enak di lu nggak enak di gue. Tidak boleh," kata Bahlil.
ANTARA