Ia menuturkan stimulus itu memang di atas rata-rata dari stimulus negara berkembang yaitu sebesar 5,1 persen dari PDB 2020, namun jauh lebih rendah dibanding negara maju.
Negara maju mengeluarkan jumlah stimulus yang sangat besar seperti Amerika Serikat (AS) dan Inggris yang masing-masing sebesar 25,5 persen dan 19,3 persen dari PDB.
Oleh sebab itu, peningkatan stimulus fiskal harus dilakukan dalam rangka mendorong konsumsi masyarakat sehingga inflasi dapat mencapai target pemerintah atau kembali ke level normal sebelum pandemi.
Sebelumnya Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono mengatakan perkembangan COVID-19 memengaruhi inflasi yang rendah pada 2021.
Inflasi 2021 yang rendah dipengaruhi inflasi inti yang tercatat sebesar 1,56 persen (yoy) atau sedikit menurun dibandingkan inflasi inti tahun sebelumnya.
Rendahnya inflasi inti ini terutama dipengaruhi belum kuatnya permintaan domestik seiring kebijakan pembatasan mobilitas yang harus ditempuh untuk mencegah penyebaran COVID-19 di tengah pengaruh tekanan harga global ke domestik yang minimal.
BACA: Airlangga: Pemerintah Cermati Risiko Inflasi karena Kenaikan Harga Komoditas Global
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.