TEMPO.CO, Jakarta - Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebut beberapa faktor penyebab menurunnya harga aset kripto dalam beberapa waktu terakhir ini.
“Pertama adalah masalah bank sentral Amerika (The Fed) akan menaikkan suku bunga. Kedua, tentang krisis yang terjadi di Ukraina dan Rusia,” ujar Ibrahim saat dihubungi oleh Tempo pada Senin, 24 Januari 2022.
Baca Juga:
Menurutnya, Federal Reserve memberi kode akan menaikkan suku bunga pada Maret nanti. Itu sempat memberi angin segar pada aset kripto pada awal Januari, terutama Bitcoin yang bertengger di level kurang lebih US$ 43 ribu.
Tidak bertahan lama, koin berkapitalisasi pasar paling besar itu terjun lagi ke level US$ 36 ribu. Nasib Ethereum pun demikian, awal tahun bertengger di sekitar US$ 4.300 ikut merosot di kisaran US$ 2.000.
Ibrahim menjelaskan, investor banyak melepas koin-koinnya karena situasi geopolitik di Eropa Timur dan Asia Timur sedang kurang bersahabat bagi penambang kripto. Pasalnya, Cina sebagai negara penambang kripto paling banyak nomor satu di dunia sedang tidak bersahabat akibat pemerintah membatasi aktivitas penambangan aset digital tersebut.
Kemudian ketegangan antara Cina dan Taiwan juga ikut menyebabkan harga Bitcoin tidak naik signifikan. Persoalan sejarah masa lalu tersebut kian memanas pada 2021, sehingga mengakibatkan penambangan kripto tidak stabil.
Lalu persoalan konflik politik di Kazakstan pada awal Januari 2022 semakin memuncak yang berujung pada kerusuhan di tengah masyarakat. Negara penambang kripto terbanyak kedua ini pun akhirnya membatasi listrik dan akses internet bagi warganya, sehingga pencari koin kripto sangat terganggu.
Selain itu, Ibrahim melihat situasi politik Rusia dan Ukraina semakin memanas yang berpotensi terjadinya perang terbuka. Pada konflik ini sendiri Rusia dibantu oleh Cina, dan Ukraina disokong oleh Amerika Serikat dan negara-negara NATO (The North Atlantic Treaty Organization).
“Pada saat terjadi kekacauan geopolitik, di semenanjung Baltik ini kemungkinan besar masyarakat akan kembali mengoleksi koin. Karena apa? Permintaan koin cukup tinggi, tapi barangnya tidak ada,” ujar Ibrahim.
Posisi Rusia adalah negara penambang ketiga terbesar di dunia. Sehingga adanya konflik geopolitik dengan Ukraina menimbulkan kekhawatiran bagi para penambang di sana dan investor masih menunda membeli koin.
Ibrahim menilai, tahun 2022 ini kemungkinan besar support resistance-nya cukup panjang. Misalnya, harga saat itu di level US$ 2.000 untuk Ethereum, kemungkinan naik lagi ke level US$ 5.000.
“Jadi investor-investor yang melakukan investasi, sekarang sedang menunggu di harga paling rendah. Apakah benar Ethereum mencapai di level US$ 2.000? Berarti apa? Pada saat menyentuh di level US$ 2.000 kemudian terjadi geopolitik di Ukraina dan Rusia, ini kemungkinan besar akan melakukan pembelian long term,” ujar Ibrahim.
Berdasarkan coinmarketcap.com pada pukul 18.00 WIB, harga aset kripto Bitcoin turun 5,36 persen di harga sekitar US$ 33.600. Untuk Ethereum berada pada harga US$ 2.200 dengan penurunan sebesar 9,99 persen dalam 24 jam terakhir.
M FAIZ ZAKI