TEMPO.CO, Jakarta- Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) Yusuf Wibisono mengatakan kenaikan sejumlah tarif dan harga di 2022 berpotensi mengerek angka kemiskinan di Tanah Air.
Pasalnya, ia melihat stabilitas harga-harga kebutuhan bahan pokok mendapat tantangan kuat di 2022. Di samping itu, sederet kenaikan tarif dan harga juga telah mulai dirasakan masyarakat, seperti kenaikan harga gas elpiji non subsidi hingga kenaikan tarif cukai hasil tembakau.
“Semua hal tersebut berpotensi besar meningkatkan angka kemiskinan," ujar Yusuf dalam keterangan tertulis, Jumat, 21 Januari 2022.
Yusuf memberi contoh ketergantungan keluarga miskin pada rokok yang sangat besar. Hal tersebut juga semakin meningkat di masa pandemi.
"Dengan rokok adalah produk adiktif, tanpa upaya melepaskan keluarga miskin dari ketergantungan pada rokok, kenaikan tarif cukai berpotensi meningkatkan permasalahan kemiskinan,” kata Yusuf.
Secara umum, IDEAS melihat kinerja penanggulangan kemiskinan pada tahun 2022 juga akan menghadapi berbagai tantangan yang berat dan sumber dari ketidakpastian ekonomi terbesar masih datang dari pandemi, terutama seiring kehadiran varian Omicron.
“Kinerja penanggulangan kemiskinan 2022 akan banyak bergantung pada pengendalian pandemi varian Omicron, kualitas pemulihan ekonomi pasca pandemi serta kebijakan afirmatif kepada kelompok miskin, terutama stabilitas harga kebutuhan pokok dan program bantuan sosial,” kata Yusuf.