Kemudian dari Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor Desember 2021 sebesar 22,38 miliar dolar AS atau tumbuh 35,30% (year on year/yoy). Ibrahim juga melihat dibandingkan bulan sebelumnya memang ada penurunan 2,04%.
Nilai impor Desember tahun lalu juga terpantau USD 21,36 miliar naik 47,93% yoyo dan 10,52% mtm. “Maka artinya surplus mencapai US$ 1,02 miliar. Surplus yang terjadi di Desember 2021 merupakan surplus selama 20 bulan beruntun,” jelas Ibrahim.
Tidak hanya itu, sebelumnya, berdasarkan konsensus pasar yang dihimpun oleh para analis memperkirakan ekspor tumbuh 40,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy). Ibrahim menilai impor diperkirakan tumbuh 39,7% yoy. Ini membuat neraca perdagangan bakal mengalami surplus USD 3,05 miliar.
Ibrahim membandingkan bulan sebelumnya yang terdeteksi melambat. November 2021 menunjukkan ekspor melonjak 49,7% yoy dan impor melesat 52,62% yoy.
“Surplus neraca perdagangan pun agak mengendur, karena pada November 2021 tercatat USD 3,51 miliar,” lanjut Ibrahim menerangkan.
Dari pengamatannya selama 2021, nilai ekspor mengalami peningkatan yang signifikan jika dibandingkan dengan periode 2020. Kemudian kata Ibrahim, nilai ekspor mencapai USD 231,54 miliar, naik 41,88 persen dibandingkan 2020 yang sebesar USD 163,19 miliar.
Total impor pun mencapai USD 196,20 miliar, meningkat 38,59 persen dibandingkan 2020 yang sebesar USD 141,57 miliar. Walau begitu, Ibrahim memuji kinerja perdagangan internasional Indonesia (NPI) pada 2021.
“Selama 2021, tidak pernah sebulan pun neraca perdagangan mengalami defisit. Kali terakhir neraca perdagangan berada di teritori negatif adalah pada April 2020,” jelasnya.
Baca Juga: Rupiah Ditutup Melemah 14.323 per Dolar AS Jelang Pertemuan The Fed
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.