Adapun kendala lainnya ialah pemetaan permintaan domestik atau tidak adanya intelijen pemasaran (market intelligence) untuk menanggapi peluang produk, kapasitas produk, sertifikasi internasional, dan kemudahan pembiayaan ekspor bagi pelaku UKM.
“Kontribusi ekspor Indonesia masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Tiongkok yang memiliki kontribusi ekspor UKM sebesar 68 persen dan indeks kinerja logistik 3,61 (dari skala 1-5), serta India dengan kontribusi ekspor UKM 40 persen dan indeks kinerja logistik 3,18,” katanya.
Hal ini menunjukkan masih kurangnya efisiensi waktu dalam pemenuhan dokumen ekspor serta kurangnya infrastruktur bagi pelaku UKM Indonesia untuk ekspor produk, sehingga menjadi tanggung jawab bersama menyelesaikan persoalan tersebut.
Dalam membangun ekosistem ekspor yang kondusif bagi UKM, lanjutnya, Kemenkop telah menyediakan berbagai program. Di antaranya SMESCO Hub Timur untuk mengagregasi produk UMKM dan koperasi wilayah timur Indonesia, baik untuk target pasar di dalam dan luar negeri.
Kemudian SMESCO Labo untuk pengayaan keterampilan bagi semua pelaku usaha atau industri kecil dan menengah.
“Di dalam SMESCO Labo ini, tersedia beberapa fasilitas laboratorium yang sudah tersedia, seperti mechanical lab (laboratorium mekanik), photography lab (laboratorium fotografi), food lab (laboratorium makanan), dan handycraft lab (laboratorium kerajinan),” ujar Hanung.
BACA: MotoGP Mandalika, UMKM Daerah Dijanjikan Mendapat Tempat Prioritas
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.