Saat ini, menurut Pahala, Indonesia telah memiliki 1.900 megawatt pembangkit listrik berbasis EBT. Adapun sebanyak 672 megawatt di antaranya diproduksi oleh Pertamina Geothermal Energy.
Dari pembangkit tenaga listrik yang sudah ada ini, kata Pahala, perlu meningkatkan kapasitasnya, karena menjadi yang paling utama dan paling mudah dikembangkan melalui optimalisasi yang sudah dimiliki.
"Insyaallah, PGE ini targetnya di semester I/2022 ini. Targetnya di registrasi di Maret, IPO kemudian di bulan Juni mungkin," katanya.
Selain memaksimalkan pembangkit listrik yang sudah ada, menurut Pahala, PGE juga dapat menghasilkan produk hijau, seperti hidrogen hijau dan amonia hijau.
Lebih jauh, Pahala menyebutkan pengembangan pembangkit listrik baru juga masih sangat potensial dilakukan. PGE sebenarnya sudah memiliki sejumlah lisensi tetapi belum dikembangkan.
Dengan begitu, dana IPO nantinya bakal dimanfaatkan pula untuk kebutuhan eksplorasi baru dan melihat kesempatan tumbuh secara inorganik. "Optimalisasi yang kita miliki terlebih dahulu, PGE bisa dikembangkan, kita maksimalkan kapasitas yang saat ini termasuk juga yang saat ini belum digunakan, yang sudah disuplai," tutur Pahala.
Pahala merincikan bahwa Pertamina Geothermal Energy bisa memproduksi listrik 672 megawatt. "Yang disuplai bisa saja hanya 550 megawatt, 110 megawatt sisanya bisa digunakan dan dioptimalkan untuk hal lain," tuturnya.
BISNIS
Baca: Foto Selfie Ghozali Laku Miliaran Rupiah, Begini Cara Jual Beli NFT di OpenSea
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.