Menurut survei tersebut, rata-rata penggunaan e-money tertinggi sekitar 2-3 hingga 4-6 kali per bulan, mengingat bahwa e-money seringkali dipakai untuk berbagai jenis transaksi, terutama transfer uang, top-up, e-commerce, maupun investasi.
Adapun, Harumi mengungkap kekuatan utama OVO saat ini berada di use-case untuk transaksi layanan food delivery dan outlet UMKM offline, tergambar dari survei Studi Perilaku Penggunaan Pembayaran Digital dan Layanan Keuangan di Indonesia yang dirilis oleh Kadence International Indonesia.
Untuk transaksi pemesanan makanan online, 8 dari 10 responden menggunakan OVO. Sementara untuk transaksi offline, khususnya pembelian makanan, minuman, dan belanja ritel, OVO digunakan oleh hampir 7 dari 10 responden dengan alasan kemudahan dalam penggunaan. Bagi merchant UMKM pun, OVO pun dipilih oleh 72 persen pelaku UMKM sebagai alat pembayaran mereka selama pandemi Covid-19.
Hal ini turut menegaskan laporan CORE Indonesia beberapa waktu sebelumnya, di mana dalam survei yang melibatkan 2.000 responden ini, 8 dari 10 UMKM mendapat peningkatan literasi setelah bergabung dengan OVO, karena mulai mengenal produk-produk perbankan.
BISNIS
Baca: Larangan Ekspor Dicabut, Harga Batu Bara Langsung Anjlok dari USD 200 per Ton?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.