Hal ini demi mempertahankan tren di mana pandemi yang mengakibatkan adopsi layanan digital meningkat pesat. Bahkan, sebanyak 9 dari 10 pengguna layanan digital baru di Asia Tenggara pada 2020 tetap berlanjut memanfaatkan layanan digital di 2021.
Hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pun menunjukkan jumlah pengguna internet di Indonesia pada periode 2019 sampai kuartal II/2020 naik sekitar 9 persen (year-to-date/ytd) menjadi 73,7 persen dari total populasi, setara dengan 196,7 juta penduduk. Lewat capaian tersebut, Indonesia pun menjadi pasar terbesar ketiga di antara 15 negara dengan pemasangan aplikasi keuangan terbanyak.
Harumi optimistis kontribusi OVO dalam capaian tersebut begitu signifikan, menilik berdasarkan survei Fintech Report 2021: The Convergence of (Digital) Financial Services oleh Dailysocial.id yang melibatkan 1.500 responden, OVO menjadi e-money yang paling banyak digunakan di Indonesia ketimbang para kompetitor, mencapai hingga 58,9 persen dari total responden.
Hasil tersebut menegaskan temuan dari sejumlah survei dan studi sepanjang 2021, yang konsisten menyebut OVO sebagai e-money yang paling banyak digunakan oleh masyarakat baik untuk transaksi online maupun offline, juga oleh UMKM yang sudah mengenal pembayaran digital.
"Kami sangat menghargai kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada OVO. Kepercayaan ini merupakan sebuah peluang besar untuk mewujudkan misi OVO dalam mendukung upaya pemerintah mendorong literasi dan inklusi keuangan di Indonesia," katanya.