TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Narasi Institute Achmad Nur Hidayat mengatakan tahun baru 2022 ditandai dengan kenaikan harga pangan dan energi untuk masyarakat.
"Ini adalah kado buruk tahun baru yang berlaku untuk semua," ujar Achmad dalam keterangan tertulis, Jumat, 31 Desember 2021.
Achmad mengatakan administered price pun dipastikan naik seperti yang akan terjadi terhadap bensin dan elpiji. Dari sisi pangan, ia mengatakan di beberapa daerah terpantau terjadi kenaikan harga cabai rawit kering, beras, gula, telor dan minyak goreng.
Kenaikan harga pangan itu terjadi di berbagai daerah, khususnya di luar Pulau Jawa. Kenaikan harga ini, ujar dia, tidak dapat terbendung meski pemerintah pelaksanaan tol laut. Padahal selama ini tol laut diklaim dapat diandalkan untuk menekan disparitas harga.
"Tol laut sudah 3 tahun berjalan, pemerintah mengklaim sudah berhasil menurunkan disparitas harga di sejumlah wilayah timur Indonesia. Namun tahun 2022, Tol laut tidak bermanfaat untuk menurunkan harga. harga-harga tetap naik baik di timur maupun barat Indonesia," ujar Achmad.
Terkait energi, tahun 2022 pemerintah akan mengganti BBM jenis Premium yang beroktan rendah ke oktan yang lebih tinggi seperti Pertamax yang dinilai lebih ramah lingkungan. Ia mengatakan hal tersebut juga akan menjadi beban tersendiri bagi masyarakat.
Achmad paham bahwa penggunaan Premium dan Pertalite yang beroktan rendah tidak ramah lingkungan. Namun, ia menilai rencana transisi energi dengan alasan ramah lingkungan tidak masuk akal terutama saat ekonomi sedang sulit.