Tjandra menyatakan di tengah ketidakpastian pasar akibat pandemi Covid-19, perseroan tidak akan bergantung kepada satu ekosistem, tetapi juga membuka ruang kerja sama dengan ekosistem lainnya untuk penerusan kredit atau loan channeling.
“Kami sudah mulai bekerja sama dengan beberapa partner di 2021 untuk loan channeling dan dalam bentuk aset-aset lainnya. Jadi, kami memungkinkan berkolaborasi dengan ekosistem lainnya, tidak hanya Akulaku,” katanya.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) bersih perseroan naik dari 2,67 persen pada akhir 2020 menjadi 3,28 persen per akhir September 2021. Namun, kondisi itu membaik jika dibandingkan dengan kuartal II/2021, yakni 3,42 persen.
Tjandra menegaskan bakal tetap memperhatikan rasio NPL perseroan pada tahun-tahun mendatang, di samping meningkatkan jumlah aplikasi dan nasabah Bank Neo Commerce.
Bank QNB Indonesia
Selain Bank Neo Commerce, peluncuran pinjaman secara digital juga akan dilakukan oleh PT Bank QNB Indonesia Tbk. (BKSW) dalam waktu dekat. Emiten bank bersandi BKSW tersebut bakal bekerja sama dengan PT Indosat Tbk.
Sekretaris Perusahaan Indosat Ooredoo, Billy Nikolas, dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, menyatakan emiten telekomunikasi itu akan memasarkan produk Bank QNB di berbagai saluran pemasaran, seperti melalui aplikasi, SMS, dan saluran luring.