Ia juga menambahkan, Mitratel perlu segera melakukan akselerasi bisnis pasca penawaran umum perdana saham atau IPO dan saat ini tengah menjajaki untuk pengalihan tower tambahan milik Telkomsel dan juga Telkom dimana telah siap kurang lebih 6.000 menara untuk ditransaksikan pada 2022.
"Dengan langkah ini diharapkan Mitratel akan menjadi penyedia menara telekomunikasi yang terbesar dan terkuat di Indonesia," ujar Budi.
Kerja sama Mitratel dan Alita merupakan bentuk sinergi antara kedua perusahaan untuk meningkatkan penetrasi fiberisasi di Indonesia. Layanan serat optik akan mendukung dan meningkatkan kualitas serta kuantitas implementasi internet baik mobile broadband melalui BTS 4G dan 5G, maupun fixed broadband FTTx.
Sepanjang 6.000 kilometer jaringan serat optik khususnya di wilayah Sulawesi, Sumatera dan Jawa akan dibangun serta dioperasikan oleh Mitratel dan dikerjasamakan bersama Alita.
Adanya kerja sama itu diharapkan memperkuat jaringan serat optik untuk mendukung fiberisasi gelaran 5G secara lebih masif dan penguatan 4G yang dilakukan operator seluler guna meningkatkan kualitas layanan mobile broadband hingga mencapai kecepatan di atas 1 Gbps di sisi penggunanya.
Sebanyak 11.851 tower Mitratel (51 persen) saat ini telah tersambung dengan jaringan serat optik, artinya dengan adanya pembangunan 6.000 kilometer tambahan jaringan baru ini akan semakin mempercepat pemenuhan kebutuhan para operator telekomunikasi untuk mengimplementasikan 5G di Indonesia.
Sedangkan Alita saat ini telah memiliki lebih dari 8.000 kilometer jaringan serat optik di berbagai wilayah di Tanah Air dan mendukung operator seluler dalam melakukan gelaran 5G di beberapa kota di Indonesia.
BACA: Modal Ventura Milik Telkom Gandeng Binance untuk Bikin Bursa Kripto