TEMPO.CO, Jakarta – Pengamat ekonomi energi dan pertambangan dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi, meragukan rencana pemerintah menghapus bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi atau BBM Premium pada 2022. Musababnya, wacana itu telah mengemuka sejak empat tahun lalu namun tak kunjung terlaksana.
“Saya tidak yakin tahun depan Premium benar-benar dihapus. Sejak 2017 sudah diwacanakan, tetapi hingga kini tak pernah terealisasi,” ujar Fahmy dalam pesan pendek, Rabu, 29 Desember 2021.
Fahmy menduga rencana penghapusan BBM bersubsidi masih terkendala berbagai faktor. Salah satunya ialah adanya pemburu rente impor Premium yang menghalang-halangi kebijakan itu.
Kalau toh pemerintah merealisasikan penghapusan BBM Premium, dia mensinyalir langkah ini tidak akan berpengaruh besar terhadap daya beli masyarakat. Sebab saat ini porsi konsumen BBM RON 88 Pertamina ini tinggal 2 persen.
“Jadi pada tahun depan sebaiknya Pemerintah menghapus Premium,” ujar Fahmy.