TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat penerbangan sekaligus Direktur AsiaAero Technology, Alvin Lie, melihat teguran Kementerian Perhubungan terhadap PT. Citilink dan PT. GMF Aero Asia karena mengoperasikan 19 pesawat bermasalah merupakan hal yang serius. Alvin mengatakan persoalan itu perlu mendapat perhatian dari pucuk pimpinan kedua perusahaan di bawah naungan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
“Ini merupakan tantangan dari Citilink maupun GMF untuk melakukan tindakan-tindakan perbaikan dan benar-benar menjaga jangan sampai terjadi insiden, apalagi kecelakaan,” ujar Alvin saat dihubungi, Ahad, 26 Desember 2021.
Kementerian Perhubungan melayangkan surat kepada Citilink dan GMF pada 22 Desember akibat mengoperasikan 19 pesawat bermasalah. Masalah itu muncul dalam audit GMF AeroAsia tertarikh 17 Desember.
Menyitir surat teguran Kementerian Perhubungan, tertulis bahwa 19 pesawat A320 milik Citilink mengalami open HIL Brake. Kondisi ini menyebabkan adanya masalah pada rem atau brake occurances, seperti melting (meleleh), jammed (macet), rotor damage (kerusakan pada rotor), dan over temperature (kelebihan temperatur) dalam tiga bulan terakhir.
Alvin berujar, Citilink mempunyai kewajiban menjaga catatan keselamatannya agar tetap memperoleh kepercayaan dari pelanggan di tengah kondisi sulit lantaran pandemi Covid-19. Adapun ihwal masalah yang disoroti Kemenhub, Alvin menjelaskan bahwa problem pada 19 armada itu berpotensi mengganggu rem saat pesawat mendarat.
"Ketika pesawat itu menggunakan rem, terutama saat mendarat, rem jadi tidak stabil. Pesawat akan berpotensi zig-zag ke kanan dan kiri," tutur Alvin.