TEMPO.CO, Jakarta - PT Archi Indonesia Tbk yang menggarap Tambang Emas Toka Tindung di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, membeberkan sejumlah capaian perusahaan sepanjang 2021. Salah satunya yaitu mengganti kontraktor penambangan untuk aktivitas drill and blast dari sebelumnya PSI dan Orica, menjadi Hanwa dan DNX.
"Berdasarkan riset internal kami, diharapkan dapat mendorong efisiensi biaya hingga US$ 30 juta dalam periode 5 tahun mendatang," kata Direktur Utama Archi Indonesia Ken Crichton dalam keterangan tertulis, Rabu, 22 Desember 2021. Bila dirupiahkan, efisiensi biaya itu setara dengan Rp 427,4 miliar (asumsi kurs Rp 14.246 per dolar AS).
Toka Tindung merupakan salah satu wilayah operasi pertambangan emas terbesar di kawasan Asia Tenggara, yang berjarak sekitar 2,5 jam perjalanan mobil dari Kota Manado. Tambang ini dikelola oleh Archi Indonesia, bagian dari PT Rajawali Corpora atau Rajawali, perusahaan milik pengusaha Peter Sondakh.
Di sisi lain, pergantian kontraktor ini juga sejalan dengan perluasan kegiatan tambang yang dilakukan perusahaan. Hingga kini, Archi Indonesia sebenarnya baru melakukan eksplorasi dan penambangan emas sebesar 15 persen dari total area konsesi mereka yang seluas 40 ribu hektare.
Keseluruhan tambang ini berada di koridor timur. Tahun ini, Archi Indonesia telah membuka pit atau blok tambang baru yaitu Put Alaskar, dan menyelesaikan pengembangan Pit Araren tahap 5. Keduanya memiliki kadar emas rata-rata lebih tinggi dan diproyeksikan menjadi kontributor terbesar cadangan bijih emas yang diolah perusahaan tahun 2022.
Sampai akhir 2021, pabrik pengolahan emas yang juga berlokasi di area tambang sudah memiliki kapasitas pengolahan 4 juta ton per tahun (mtpa). Tahun depan, kapasitasnya bakal meningkat jadi 4,8 mtpa hingga menjadi 8 juta ton pada 2025.