TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia atau BI memperkirakan neraca transaksi berjalan Indonesia dapat membukukan surplus sebesar 0,3 persen sampai dengan defisit 0,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2021.
"Dan akan tetap rendah dalam kisaran defisit 1,1-1,9 persen dari PDB pada 2022, sehingga mendukung ketahanan sektor eksternal Indonesia," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis, 16 Desember 2021.
BI memprakirakan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tetap baik. Kinerja transaksi berjalan pada triwulan IV 2021 diperkirakan membaik didorong oleh surplus neraca barang yang berlanjut.
Neraca perdagangan pada November 2021 mencatat surplus sebesar US$ 3,5 miliar, didukung oleh kinerja ekspor komoditas utama, seperti batu bara, besi dan baja, dan kimia organik.
Sementara itu, terdapat penyesuaian aliran modal asing di pasar keuangan domestik, tercermin dari investasi portofolio yang mencatat net outflow atau arus modal keluar sebesar US$ 2,3 miliar pada periode Oktober hingga 14 Desember 2021.
Dalam catatan BI, posisi cadangan devisa Indonesia akhir November 2021 meningkat menjadi US$ 145,9 miliar. Angka tersebut setara pembiayaan 8,3 bulan impor atau 8,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Cadangan devisa itu juga berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Baca: Lo Kheng Hong Buka-bukaan Soal Saham Pilihannya di 2022: Bank, CPO, Batu Bara
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.