TEMPO.CO, Jakarta -Istilah blue chip mungkin terdengar tidak asing bagi para investor saham. Saham ini banyak diburu karena keunggulannya.
Melansir Economic Times, saham blue chip adalah saham dari perusahaan yang sangat besar dan memiiliki sejarah kinerja keuangan yang sehat. Saham ini umumnya berharga mahal karena memiliki reputasi yang baik.
Istilah blue chip dicetuskan pertama kali oleh Oliver Gingold, seorang karyawan bursa saham di Dow Jones.
Istilah tersebut mulai populer setelah Gindold berdiri di dekat ticker saham sebuah perusahaan pialang lalu menyadari pergerakan beberapa saham yang diperdagangkan dengan harga lebih dari 200 dolar Amerika.
Sejak itu, saham blue chip digunakan untuk menyebut saham dengan harga dan kualitas tinggi.
Saham blue chip bisa menjadi pilihan terbaik untuk mulai berinvestasi di bursa saham. Menurut Forbes, setidaknya ada tiga keuntungan saham blue chip.
Pertama, saham ini menawarkan stabilitas. Perusahaan blue chip biasanya telah beroperasi selama beberapa dekade sehingga mampu bertahan mengatasi perubahan pasar dan dapat memberikan pengembalian secara terus-menerus.
Kedua, pengembalian biasanya dibayarkan dalam bentuk dividen. Dengan demikian, investor dapat menerima pendapatan tetap dan dapat diandalkan.
Ketiga, saham blue chip tidak memerlukan banyak manajemen dan pengawasan. Saham ini memiliki risiko minimal sehingga cocok bagi investor yang pasif.
Di Indonesia, saham blue chip masuk dalam jajaran indeks LQ45. Sebagaimana dilansir dari laman Bursa Efek Indonesia, beberapa nama saham yang masuk dalam indeks LQ45 periode November 2021-Januari 2022 antara lain Ace Hardware Indonesia Tbk. (ACES), Adaro Energy Tbk. (ADRO), AKR Corporindo Tbk.(AKRA), Aneka Tambang Tbk. (ANTM), dan Astra International Tbk.
SITI NUR RAHMAWATI
Baca juga: Gaji di Bawah Rp 5 Juta Mau Investasi? Begini Caranya