“Bukan hanya anak perusahaan yang digabungkan, bahkan BUMN-nya sendiri kita gabungkan, contohnya Perinus dan Perindo sebagai dua perusahaan perikanan di BUMN, buat apa punya perusahaan kan lebih baik 1 saja, BGR dan PPI juga perusahaan trading yang digabungkan jadi 1 di bidang logistik," kata Erick. "Kemudian, Energy Management Indonesia juga dikonsolidasikan dengan PLN jadi di bawah PLN, fungsinya apa? Ya mengaudit yang nanti ke depan berpotensi sebagai renewable energy.”
Perbaikan model harus terus dilakukan sebagai bentuk adaptasi di era distrupsi yang terjadi saat ini. Dengan adanya disrupsi di bidang teknologi atau pun kesehatan, bisnis model BUMN juga harus berubah.
Erick juga mencontohkan, perubahan bisnis model yang dilakukan dalam rangka efisiensi adalah dengan refocusing BUMN yang bergerak di bidang telekomunikasi (tel-co). Saat ini, Telkom memfokuskan model bisnis dalam bentuk B To B, sedangkan Telkomsel dalam bentuk B to C.
“Kalau Telkom berdiam diri padahal data, suara dan teks itu sudah gratis, tidak mengandalkan data bisnis, seperti data center, cloud, infrastruktur, ya Telkom akan sunset. Nah itulah kenapa fungsinya kita melakukan perubahan daripada bisnis model dan tetap melakukan benchmarking dengan negara lain dan perusahaan lain supaya kita ini bangun dari tidur, jangan asyik sendiri. Kita ini tidak boleh terus berada di zona nyaman,” katanya.