TEMPO.CO, Jakarta – PT Bukalapak.com Tbk masih membukukan kerugian bersih Rp 1,1 triliun pada kuartal III 2021. Namun kerugian itu menyusut ketimbang periode yang sama pada 2020.
“Pada kuartal III, perseroan berhasil mengurangi kerugian bersihnya sebesar 19 persen menjadi Rp 1,1 triliun dari Rp 1,4 triliun pada kuartal III 2020,” berikut bunyi laporan keuangan emiten berkode BUKA itu pada Rabu, 1 Desember 2021.
Sementara itu dari sisi permodalan, perusahaan mengklaim masih memiliki modal yang kuat. Kas perseroan sampai akhir September sebesar Rp 23,6 triliun pada akhir 2021.
Meski masih rugi, Bukalapak mencatatkan pertumbuhan pendapatan. Pendapatan emiten sepanjang sembilan bulan pada 2021 tercatat Rp 1,3 triliun atau tumbuh 42 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan itu terakselerasi oleh peningkatan pendapatan per kuartal. Pada kuartal II, pendapatan perusahaan teknologi itu naik 37 persen. Sedangkan pada kuartal II, Bukalapak mencatatkan pertumbuhan 58 persen atau Rp 484 miliar. Kuartal II ini menyumbang perkembangan pendapatan sebesar 10 persen secara kuartal per kuartal.
Bukalapak juga memiliki processing value (TPV) selama kuartal ketiga yang tumbuh 45 persen atau Rp 31,2 triliun dan pada sembilan pertama 2021 tumbuh 51 persen atau Rp 87,9 triliun. Pertumbuhan TPV perseroan didukung oleh peningkatan jumlah transaksi sebesar 25 persen dan kenaikan average transaction value (ATV) 21 persen.
“Sebanyak 73 persen TPV perseroan berasal dari luar daerah tier 1 di Indonesia. Penetrasi all-commerce dan tren digitalisasi warung serta toko ritel tradisional terus menunjukan pertumbuhan yang kuat,” tulis perusahaan.