TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Investasi Bahlil Lahadalia meminta semua pihak bisa berjiwa besar soal penetapan upah minimum 2022. Pasalnya, ia mengatakan saat ini dunia usaha baru mulai bangkit.
"Saya menghargai pikiran mereka (buruh) tapi kita harus ada pada titik tengah. Jadi yang penting mereka bisa dapat gaji, namun usahanya jangan dikasih beban terlalu tinggi, kasihan mereka (pengusaha) ini," ujar Bahlil dalam konferensi pers, Rabu, 1 Desember 2021.
Bahlil mengatakan para pengusaha akibat pandemi harus terus melakukan refinancing terhadap kredit-kreditnya. Mereka, kata Kepala BKPM, selama ini terus membayar bunga, namun pokok utang belum terbayar.
"Kalau ditambah beban lagi, nanti lama-lama perusahaan tutup dan kita semua bubar. Kita sekarang milih nahan sedikit tapi perusahaan selamat atau enggak tahan tapi kita semua enggak dapat apa-apa?" ujar Bahlil.
Menurut Bahlil, berdasarkan pengalamannya sebagai pengusaha, pelaku usaha selalu berpikir tidak hanya mendapat profit, tapi juga menjaga keberlangsungan usahanya sendiri. "Karena kalau dia tidak punya kemampuan membayar pegawai perusahaan, ya tutup."
Ia mengatakan pandemi Covid-19 hingga saat ini masih melanda negara dan berakibat kepada pertumbuhan ekonomi yang beru positif pada kuartal II dan kuartal III 2021.
Sementara itu, pada 1,5 tahun pandemi berlangsung, ekonomi Indonesia justru terkontraksi. "Ini ibarat mobil, perusahaan-perusahaan ini baru lari pemanasan, baru ganti oli tiba-tiba dikasih beban tinggi ini bisa-bisa mobil masuk di got. Yang mau saya sampaikan yok sama-sama yok kita berjiwa besar," ujar Bahlil.
Belakangan, berbagai unjuk rasa dilakukan oleh kelompok-kelompok buruh untuk menolak penetapan upah minimum 2022 yang dinilai terlampau kecil. Mereka menuntut kenaikan upah minimum di kisaran 7-10 persen.
CAESAR AKBAR
BACA: Sebut Aturan Upah Minimum Tetap Berlaku, Apindo: Ini Kami Perjelas