Pada keseimbangan primer posisi akhir Oktober minus atau defisit Rp 266,9 triliun. Nilai itu lebih rendah dibandingkan keseimbangan primer di akhir Oktober 2020 yang sudah meledak di Rp 513,2 triliun. Hal itu menunjukkan penurunan 48 persen.
"Suatu penurunan keseimbangan primer yang luar biasa sangat cepat dalam kurun waktu 12 bulan," kata Sri Mulyani.
Pembiayaan, kata dia, juga mengalami penurunan. Hal itu berarti pemerintah akan menjaga agar tidak mengeluarkan surat utang apabila tidak dibutuhkan dan akan mencoba konsolidasi secara disiplin. Pembiayaan anggaran Oktober 2021 sebesar Rp 608,3 triliun, sementara tahun lalu mencapai Rp 926,3 triliun. Nilai itu terjadi kontraksi negatif 34,3 persen.
Dalam posisi pembiayaan dan defisit yang lebih rendah, kata dia, APBN kita masih punya surplus atau Silpa Rp 59,4 triliun. Silpa ini, kata dia, lebih rendah dibandingkan posisi akhir September. Namun, Silpa itu memang ditujukan untuk penggunaan cash yang lebih baik dan efisien.
Hal ini semua, kata Sri Mulyani, menggambarkan APBN bekerja luar biasa keras untuk memulihkan ekonomi dan pemulihan ekonomi memulihkan kesehatan APBN. "Ini yang ingin terus kita jaga," ucapnya.
Baca: Buruh Minta Anies Baswedan Cabut SK tentang UMP DKI dalam Waktu 3 x 24 Jam
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.