TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan salah satu penyebab ketidakpastian perekonomian ke depan antara lain melonjaknya harga energi yang bisa menimbulkan krisis energi.
"Kenaikan harga energi ini berpengaruh ke negara kita khususnya subsidi-subsidi energi. Seperti yang kita ketahui kita punya ekspor seluruhnya walaupun positif, non-migas US$ 40 miliar, tapi energi minus," ujar dia dalam konferensi pers, Senin, 22 November 2021.
Baca juga: Kadin: Gejolak Geopolitik Dorong Harga Energi
Airlangga berujar harga energi yang sebelumnya sempat minus kini melonjak. Kenaikan harga energi ini diperkirakan berpengaruh ke Indonesia, khususnya pada subsidi energi di Tanah Air.
Berdasarkan data BPS sepanjang Januari hingga Oktober 2021 surplus perdagangan Indonesia mencapai US$ 30,81 miliar. Secara kumulatif, surplus neraca perdagangan tersebut ditopang neraca nonmigas US$ 40,08 miliar dan defisit migas US$ 9,28 miliar.
Baca juga: Di Balik Pembuatan Perpres Tarif Energi Baru Terbarukan dan Isinya yang Penuh Insentif
Krisis energi tersebut dipicu cepatnya pemulihan ekonomi setelah sebelumnya tertekan Covid-19. Akibatnya, terjadi disrupsi rantai pasok di dunia yang menyebabkan harga komoditas global seperti minyak mentah, gas alam, batu bara, tembaga, hingga minyak sawit mengalami kenaikan.
Persoalan itu memicu beberapa negara mengalami krisis energi terutama saat transisi energi berbasis fosil ke energi baru terbarukan tidak berjalan sesuai rencana. "Tentu pengalaman ini kita harus melihat bahwa kenaikan dipicu kenaikan di Cina yang naik karena energi baru terbarukan terbatas sehingga harus belajar agar transisi energi tidak berdampak terhadap base load karena data base load penting untuk sektor produktif," ujarnya.
Kenaikan harga energi juga terlihat di Eropa. Di wilayah tersebut, harga gas atau LNG mencapai US$ 22 per MMBTU, sementara di ASEAN masih US$ 6 per MMBTU.
Disparitas harga ini, menurut Airlangga, akan mengganggu perekonomian lantaran berbagai negara dan korporasi menginginkan harga yang sesuai keekonomian, tidak berbeda antara satu wilayah dengan wilayah yang lain.
CAESAR AKBAR
Baca juga: 3 Pesan Jokowi ke Pertamina dan PLN: dari Investasi Lelet hingga Transisi Energi
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.