TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Januari 2022 mendatang menguat 96 sen atau 1,2 persen menjadi US$ 81,24 per barel. Sebelumnya harga emas hitam itu sempat jeblok ke US$ 79,28 per barel atau level terendah sejak 7 Oktober lalu.
Kenaikan harga minyak mentah global itu terjadi setelah investor bertanya-tanya berapa banyak minyak mentah yang akan dilepaskan negara ekonomi utama dari cadangan strategis mereka. Berikutnya muncul spekulasi berapa banyak tambahan pasokan minyak mentah yang akan mengurangi tekanan permintaan minyak mentah global.
Baca Juga: Ketika Harga Minyak Dunia Bangkit di Masa Pandemi
Tak hanya Brent, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Desember juga ditutup menguat 65 sen atau 0,8 persen lebih tinggi menjadi US$ 79,01 per barel. Padahal sebelumnya, harga minyak tersebut juga anjlok ke level US$ 77,08 , terendah sejak awal bulan lalu.
Harga minyak dunia sempat jatuh ke posisi terendah enam minggu di awal sesi karena pemerintah Cina mengatakan tengah berupaya memanfaatkan cadangan minyaknya.
Baca Juga: Dilema Pertamina Saat Harga Minyak Dunia Jatuh
Sebelumnya, pada Rabu lalu, 17 November 2021, Pemerintah Amerika Serikat meminta negara-negara konsumen besar untuk mempertimbangkan melepaskan stok minyak mentahnya untuk menurunkan harga.
Hal tersebut di antaranya untuk mendinginkan pasar dengan meminta Cina bergabung dalam tindakan terkoordinasi untuk pertama kalinya. Pasalnya, saat ini harga bensin sudah melonjak sangat tinggi dan menimbulkan tekanan inflasi yang pada gilirannya memicu reaksi politik.
Analis Senior Price Futures Group di Chicago, Phil Flynn, menyatakan, Jepang dan Korea Selatan telah menunjukkan penentangan untuk melepaskan cadangan minyaknya. "Jadi kami akan kembali naik sedikit. Pasar akan terus gelisah, karena waspada dari rilis," katanya.