TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA, Jahja Setiaatmadja memperkirakan penjualan mobil akan didorong oleh masyarakat yang berburu mobil bekas. Hal tersebut tak lepas dari krisis semikonduktor atau cip mobil yang terjadi belakangan ini.
Jahja menjelaskan, saat ini permintaan kredit konsumsi, khususnya di segmen kendaraan bermotor mulai naik. Sayangnya kelangkaan cip membuat produksi mobil tersendat.
“Nah, itu nanti akan ada shortage. Karena mobil baru susah, mobil second jadi incaran,” ujar Jahja kepada Bisnis, Jumat, 12 November 2021.
Hingga per kuartal ketiga tahun ini, kredit kendaraan bermotor BCA turun 7,6 persen. Namun, penurunan ini membaik ketimbang periode sebelumnya. Selain itu, penyaluran kredit kepemilikan kendaraan bermotor sudah mendekati angka normal.
Lebih jauh, Jahja menjelaskan, permintaan kredit kendaraan per bulan sebetulnya cukup baik. Hal tersebut terlihat dalam beberapa bulan pada 2021 dengan rata-rata permintaan kredit di kisaran Rp 2 triliun.
“Rata-rata Rp 2,2 triliun hingga Rp 2,4 triliun tiap bulan, cuma itu pembayaran sebesar Rp 1,8 triliun. Jadi, net kecil karena pembayaran tinggi. Namun, situasi ini sudah normal seperti sebelum pandemi,” ungkap Jahja.
Adapun penyaluran kredit baru BCA pada kuartal III tahun ini naik 13,8 persen secara tahunan (yoy), seiring dengan komitmen BCA dalam mendukung pemulihan ekonomi. Dari sisi pendanaan, dana giro dan tabungan (CASA) juga tumbuh 21,0 persen (yoy) hingga akhir September 2021.
Seiring pertumbuhan kredit dan pertumbuhan CASA yang positif, BCA membukukan laba bersih Rp 23,2 triliun pada Januari – September 2021 atau naik 15,8 persen yoy. Total kredit BCA tumbuh 4,1 persen yoy menjadi Rp 605,9 triliun.
Penempatan pada obligasi korporasi juga tumbuh 16,1 persen yoy. Secara keseluruhan, portofolio total kredit dan obligasi korporasi meningkat 4,5 persen secara tahunan menjadi Rp 630,2 triliun.
Pertumbuhan kredit BCA itu ditopang oleh perbaikan permintaan pada segmen korporasi dan kredit pemilikan rumah (KPR). Kredit keduanya masing-masing tumbuh 7,1 persen dan 6,5 persen yoy, atau mencapai Rp 269,9 triliun serta Rp 95,1 triliun.
BISNIS
Baca: Kemenkumham Tunda Pendaftaran Merek GoTo milik Gojek - Tokopedia, Kenapa?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.