TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan tengah memetakan sektor yang dapat dimasuki oleh investasi dari Uni Emirat Arab, termasuk proyek ibu kota baru.
Pembahasan tersebut pun nantinya dilakukan bersama dengan Menteri Koordinator dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. "Untuk meng-exercise lagi, mana bagian-bagian yang akan mereka berminat," ujar Bahlil dalam konferensi pers, Kamis, 11 November 2021.
Namun, secara umum, kata Bahlil, Uni Emirat Arab berminat untuk berinvestasi di beberapa fasilitas gedung, sektor IT, serta beberapa kawasan industri hijau. "Detailnya beri saya waktu sekitar 2-3 minggu baru saya sampaikan."
Bahlil yakin Uni Emirat Arab akan mengalokasikan nilai investasinya, khususnya di proyek Ibu Kota baru, lebih besar dari apa yang sudah dikomitmenkan di awal.
"Karena pembicaraan Bapak Presiden dan Pak Luhut dengan Raja di UEA itu angkanya yang saya dengar lebih. Tetapi enggak pas kalau saya yang sampaikan, biarkan Pak Menko Luhut yang sampaikan," ujar dia.
Sebelumnya, Bahlil mengatakan Indonesia telah mengantongi komitmen investasi dari Uni Emirat Arab sebesar US$ 44,6 miliar atau sekitar Rp 637 triliun (asumsi kurs Rp 14.300 per dolar AS).
Dari nominal tersebut sekitar US$ 18 miliar akan dikelola oleh Lembaga Pengelola Investasi atau LPI. Sebagian besar dari angka tersebut pun berpeluang dikucurkan untuk pembangunan Ibu Kota Negara alias IKN baru di Kalimantan Timur.